EDITORIAL

Joyo

Twitter Elanto Wijoyono.

Nama lengkapnya Elanto Wijoyono. Panggilannya Joyo. Hari Sabtu lalu, ia memulai hari di Twitter dengan ajakan: “Ayo hadang laju moge ber-voorijder patwal dan moge arogan”. Alasannya, kata dia: “Kampung dirampas investor untuk hotel atau apartemen dengan perlindungan Pemda. Jalan raya dirampas konvoi dengan perlindungan polisi. Masa Jogja diam saja?”

Maka terjadilah. Saat lampu merah menyala, sembari menuntun sepeda, Joyo melintas zebra cross dan menghadang konvoi motor gede yang melaju dengan kawalan polisi. Konvoi ini jelas menghentikan sementara lalu lintas. Bagi Joyo, ini urusan penting karena lalu lintas adalah cermin yang jujur. “Lalu lintas akan memperlihatkan wajah peradaban komunitas setempat tanpa bisa direkayasa,” tulis Joyo di salah satu video yang diunggahnya di YouTube tahun lalu.

Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalanan sudah mengatur soal konvoi. Pasal 134 menyebut kalau konvoi termasuk pengguna jalan yang bisa mendapatkan hak utama di jalan untuk ‘kepentingan tertentu’ sesuai pertimbangan Kepolisian. Di halaman penjelasan, disebutkan kalau ‘kepentingan tertentu’ itu sesuatu yang butuh penanganan segera seperti ancaman bom atau bencana. Nah apa iya konvoi Jogja Bike Rendezvous [baca: ran-de-vu] ini termasuk ‘kepentingan tertentu’ itu? Ya, kata polisi, karena konvoi itu sudah mengajukan izin kepada polisi.  Tapi tidak kata Elanto dan banyak pengguna jalan lainnya.

Tertib berlalu lintas sepertinya sepele. Semua orang bisa mengaku tertib, tapi pada kenyataannya memble di jalanan. Coba tengok kelakuan diri sendiri di jalanan. Apakah sudah menyeberang di zebra cross atau jembatan penyeberangan? Apakah tidak mengendarai motor melawan arus? Apakah mobil yang Anda kendarai masuk ke jalur busway?

Elanto Wijoyono adalah cerminan warga yang gelisah. Gelisah ketika aturan yang ada tidak ditegakkan atau dipermainkan. Gelisah ketika soal sederhana seperti taat aturan dianggap sepele. Gelisah ketika sekelompok orang memanfaatkan aparat yang mestinya melindungi kepentingan publik.

Terima kasih Joyo karena telah mengingatkan kalau kita semua mesti terus gelisah. Karena kegelisahan bisa mendorong sesuatu menjadi lebih baik.

Dirgahayu ke-70 Indonesia.  

  • elanto wijoyono
  • twitter
  • moge arogan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!