OPINI ANDA

Kering

Warga Rembang antri mengisi air. (Musyafa/KBR)

Sebagian warga desa di Rembang, Jawa Tengah belakangan ini terpaksa harus tidur di dekat sumber air. Mereka mesti antri demi air. Sebab untuk mengisi satu jeriken, warga butuh waktu sampai dua jam. Kemarau menyebabkan sumber air tak mengalir selancar biasanya. Warga sudah minta sumur bor, tapi sayangnya tak ada anggaran di kantor desa.

Kekeringan tak hanya dialami warga di Rembang. Di daerah lain warga juga kesulitan air, hingga lahan pertaniannya terancam puso. Pemerintah daerah Tasikmalaya bahkan mengusulkan pada Kementerian Pertanian untuk membuat hujan buatan. Tujuannya untuk menyelamatkan pertanian warga.

Air adalah kehidupan. Itu juga salah satu alasan warga Kendeng, Rembang menolak pembangunan pabrik semen di pegunungan karst. Kawasan yang diketahui memang menjadi tempat penyimpanan air. Ratusan hari para ibu bahkan bertahan di tenda terpal di lokasi pabrik demi mempertahankan pegunungan sebagai sumber air warga.

Ketika musim kemarau tiba, baru kita sadar betapa pentingnya air. Semestinya kesadaran itu ada, baik di musim hujan maupun kemarau. Lingkungan mesti tetap baik supaya cadangan air terus terjaga. Tanpa daya dukung lingkungan yang baik, kekeringan bakal selalu mengintai.

Sayangnya tak banyak yang punya kesadaran itu. Lingkungan masih dianggap sebagai sumber uang semata. Semena-mena menggali, menghancurkan tanpa memikirkan hari depan. Tak peduli kelak orang lain terkena petaka dari kerakusan. Untuk siapa saja yang masih terus memperlakukan lingkungan semau sendiri, tak ada pilihan lain selain bersatu menolak. Seperti yang dilakukan ibu-ibu di Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. 


  • Kekeringan
  • air
  • Sumber air
  • kemarau

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!