OPINI
Mencari Pengganti Artidjo
"Tampaknya itu jadi sebab, ketika Artidjo pensiun, sejumlah terpidana kasus korupsi berupaya membawa lagi kasusnya ke MA. Termasuk Anas Urbaningrum yang mengajukan peninjauan kembali (PK) kasusnya."
Artidjo Alkotsar, Hakim Agung yang dikenal berintegritas itu beberapa hari lalu mengakhiri tugasnya di Mahkamah Agung, sebagai Ketua Kamar Pidana MA. Dia sudah 18 tahun berkiprah sebagai hakim agung.
Sepanjang karirnya, sejumlah terpidana kasus korupsi diperberat hukumannya oleh hakim agung nonkarir itu. Di antaranya eks-Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Di pengadilan banding, majelis meringankan hukumannya setahun menjadi 7 tahun penjara. Anas maju kasasi, alih-alih dikorting, Majelis kasasi yang dipimpin Artidjo melipatgandakan hukuman menjadi 14 tahun kurungan.
Sejumlah kalangan lantas menjulukinya sebagai hakim “gila”, juga hakim “tega”. Karena “kegilaannya” itu terpidana sejumlah kasus korupsi enggan melanjutkan perkaranya di pengadilan kasasi. Tampaknya itu jadi sebab, ketika Artidjo pensiun, sejumlah terpidana kasus korupsi berupaya membawa lagi kasusnya ke MA. Termasuk Anas yang mengajukan peninjauan kembali (PK) kasusnya.
Gerbang terakhir keadilan, Mahkamah Agung butuh orang seperti Artidjo. Meski mengaku kehilangan sosok Artidjo, MA tak menunjukkan niatan sungguh mencari pengganti yang setara. Untuk mengisi kekurangan hakim agung di kamar pidana, MA meminta Komisi Yudisial menyeleksi hakim karir sebagai pengganti. KY lantas menyeleksi sejumlah hakim senior di sejumlah pengadilan tinggi.
Sepatutnya MA tak membatasi diri dan menutup mata. Artidjo mengawali karir sebagai pengacara di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta. Artinya, pertimbangan utama semestinya pada integritas dan komitmen, bukan asal usul dia bekerja. LBH juga Perguruan Tinggi bisa jadi tempat mencari sosok hakim agung yang memiliki integritas seperti Artidjo.
- hakim agung Artidjo Alkotsar pensiun
- Anas Urbaningrum
- hakim gila
- hakim agung nonkarir
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!