OPINI

Paskah, Pengorbanan dan Teror

Gereja di Medan. (KBR/Danny)


Hari-hari ini umat Kristiani di berbagai belahan dunia bersiap merayakan Paskah, hari raya yang sejatinya lebih akbar dari Natal. Paskah merupakan peringatan terhadap peristiwa paling sakral, yakni rangkaian tiga hari antara wafatnya Isa atau Yesus di tiang penyaliban dan kebangkitannya tiga hari kemudian.

Paskah merupakan puncak dari perjalanan kebaikan, penderitaan, kesengsaraan dan pengorbanan Yesus yang berujung penebusan umat. Bagi umat Kristiani, hari Minggu Paskah adalah Hari Tuhan sebagai pondasi keimanan mereka. Hari yang tepat untuk merefleksikan keimanan dan menjadi lebih baik. Hari kelahiran kembali sebagai manusia.

Di Indonesia, umat Kristiani sudah kerap menjadi korban dan merasakan kesengsaraan dalam menjalankan kehidupan beragama mereka. Kerap didiskriminasi, dihalang-halangi beribadah, bahkan rumah ibadah dipaksa tutup oleh kelompok lain yang merasa digdaya berkuasa.

Bahkan ketika umat Kristiani menjalankan prosesi ibadah pra-Paskah pun tidak lepas dari teror. Di Ambarawa, Jawa Tengah, jemaat Gereja Katolik Santo Yusup dikejutkan dengan lemparan bom molotov pada Kamis kemarin.m

Paskah sejatinya tak hanya milik umat Kristiani, tapi juga milik bersama umat agama lain. Bukan pada keimanan, tapi pada semangat hidup bersama. Perbedaan keimanan tak lantas dijadikan pembenaran untuk melakukan teror atau intimidasi.

Paskah yang mencerminkan makna pengorbanan dan keselamatan juga patut dijadikan ajang refleksi diri bagi umat lain, khususnya umat Islam yang selama ini mayoritas. Bagaimana semestinya umat manusia ini saling berkorban dan memberi keselamatan bagi sesama. Bukan malah meneror, mengorbankan orang lain demi keselamatan dan kepentingan kelompok sendiri.

Selamat menyambut Paskah bagi Anda yang merayakannya. 

  • gereja
  • paskah
  • yesus kristus
  • kristiani
  • salib

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!