EDITORIAL

Kendeng

Aksi menyemen kaki di depan Istana Negara. (Foto: Wydia Angga)

Sembilan perempuan petani itu datang dari kawasan pegunungan Kendeng, Jawa Tengah. Di depan Istana Merdeka mereka mengecor kedua kaki mereka dengan semen, di dalam kotak. Ini adalah upaya mereka menegaskan penolakan mereka atas pembangunan pabrik semen di kampung mereka.

Aksi ke Istana ini bukan kali pertama. Setahun silam, 9 perempuan Kendeng juga beraksi menolak pabrik semen di tempat yang sama. Memakai kebaya dan caping, mereka memukuli lesung sebagai panggilan pada para petinggi negeri untuk mendengar jeritan warga. 

Kawasan pegunungan karst  Kendeng berada di empat kabupaten yakni Kabupaten Blora, Grobogan, Pati dan Rembang. Setidaknya ada 6 pabrik semen yang berencana menambang di kawasan seluas 20 ribuan hektar itu. Bayangkan apa jadinya bila kawasan sumber air itu jadi ditambang, diambil batu kapurnya untuk bahan semen. Kekeringan dan hancurnya pertanian ribuan petani ada di depan mata.

Itulah yang membuat  para petani tak menyurutkan langkah menuntut perhatian para pembuat kebijakan. Sudah bertahun-tahun aksi digelar di kampung halaman. Hidup dan penghidupan mereka dipertaruhkan. Sepatutnya para petinggi negeri datang dan mendengar langsung apa yang menjadi kekuatiran warganya. 

Pembangunan yang digenjot pemerintahan kali ini mestinya tak hanya berpihak pada pemilik modal dengan seabrek deregulasi aturan. Para petani dan orang-orang miskin lainnya yang terancam hidupnya mesti diberi kesempatan yang sama. Diberi jaminan hidup dan penghidupannya dari keserakahan mesin-mesin  penyedot kekayaan alam dan perusak lingkungan. 

  • kendeng
  • pabrik semen
  • pegunungan karst kendeng

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!