EDITORIAL

Waspada Asap

"Tak mau lagi dituding sebagai dalang kebakaran lahan sejumlah perusahaan di Riau juga mulai melakukan upaya pencegahan dini karhutla."

Kabut asap di Lhokseumawe Aceh. (KBR/Erwin J)
Kabut asap di Lhokseumawe Aceh. (KBR/Erwin J)

Musim hujan belum lagi berakhir,  kabut asap mulai muncul di Riau. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru kemarin mendeteksi 18 titik panas tersebar di lima kabupaten di Provinsi Riau. Meski hotspot turun dari angka sehari sebelumnya yang mencapai 38 titik api, lebih 200 hektar lahan di delapan kabupaten di daerah sudah terbakar sepanjang awal 2016 ini.


Ini sesuai dengan peringatan yang disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB kala kabut asap baru saja reda akhir tahun lalu. Saat itu BNPB menyatakan hanya ada waktu sedikit saja bagi kita bernafas dan bersiap diri. Riau akan menghadapi kembali musim kering, paling tidak sampai April nanti. Alarm tanda bahaya sudah berbunyi. Riau berkejaran dengan waktu. Riau akan menaikan status menjadi siaga darurat kebakaran hutan dan lahan.


Ogah menderita seperti tahun lalu, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman merapatkan barisan segenap jajaran di Riau. Di garda terdepan ada kepala desa (kades) yang dituntut lebih peka mengawasi lingkungannya supaya kebakaran bisa diantisipasi. Tim pemadam dari berbagai unsur juga sudah disiagakan agar cepat memadamkan api. Mulai dari tingkat Polda, TNI, BPBD, Masyarakat Peduli Api (MPA) dan lainnya. Ribuan embung dan ratusan sekat kanal sudah dan masih terus dibangun agar lahan gambut tak mengering. BNPB pusat akan mencari helikopter untuk mendukung patroli dan pemadaman awal.


Tak mau lagi dituding sebagai dalang kebakaran lahan sejumlah perusahaan di Riau juga mulai melakukan upaya pencegahan dini karhutla. Sembilan ratusan sekat kanal dibangun perusahaan di wilayah pesisir Riau yang bergambut, yaitu kabupaten yaitu Pelalawan, Kepulauan Meranti dan Siak.


Apa yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah di Riau patut diapresiasi. Meski begitu upaya ini tak akan membawa dampak siginifikan jika daerah lain yang menjadi langganan karhutla memilih menonton tanpa berbuat hal serupa.


  • kebakaran hutan dan lahan
  • kabut asap

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!