EDITORIAL

Golkar dan Politik Dua Kaki

" Diakui atau tidak, berpolitik itu bicara hitung-hitungan, mana yang menguntungkan partai. "

Foto: Antara
Foto: Antara

Setelah 1,5 tahun menjadi oposisi, Partai Golkar akhirnya berbalik badan. Melalui Rapat Pimpinan Nasional yang berakhir semalam, Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie mengumumkan sikap mendukung pemerintah.

Partai Golkar yang lahir dari rahim Orde Baru memang lekat dengan kekuasaan selama puluhan tahun. Lantas, sejak era reformasi, Golkar tak lagi menguasai pemerintahan. Toh, walau presiden berganti, Golkar tak pernah menjadi partai oposisi. Meski juga tidak benar-benar mendukung penuh pemerintah, ketika ada kadernya di kabinet. Ketika era Presiden Abdurrahman Wahid, Partai Golkar punya wakil di pemerintahan. Tapi Golkar dan Poros Tengah di DPR saat itu justru memotori lahirnya hak angket yang berujung pelengseran Gus Dur.

Waktu 1,5 tahun menjadi oposisi, mungkin memberi pelajaran bagi Partai Golkar. Berseberangan dengan pemerintah itu tidak menguntungkan. Apalagi, partai itu sedang mengalami perpecahan, antara kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono. Dalam kondisi kapal oleng, lebih baik mengikuti ke mana angin berembus daripada melawan badai.

Publik sah-sah saja menilai perubahan sikap Partai Golkar ini secara bermacam-macam. Beberapa pengamat menilai Aburizal Bakrie ingin mengamankan karier politik dan bisnisnya. Apalagi, perusahaan Lapindo sedang dikejar waktu mengembalikan utang ratusan miliar rupiah ke pemerintah paling lambat empat tahun lagi.

Sikap Golkar merapat ke pemerintah juga menimbulkan tanda tanya, karena Aburizal Bakrie tidak akan meninggalkan Koalisi Merah Putih. Golkar merupakan motor penggerak utama koalisi ini. Lantas, apa makna dari dukungan ke pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla?

Pembentukan Koalisi Merah Putih cukup efektif menggalang dukungan pada pemilu presiden lalu, meski kalah. Namun, setelah pemilu presiden selesai, Koalisi ini terlihat sangat membelenggu partai-partai anggotanya dalam bermanuver. Ini yang membuat PAN maupun PKS gamang meninggalkan KMP, meski mereka menyatakan putar haluan mendukung pemerintah. Begitu juga Golkar, terbelenggu koalisi yang ia bikin sendiri. Diakui atau tidak, berpolitik itu bicara hitung-hitungan, mana yang menguntungkan partai. Dan politik dua kaki adalah yang selama ini paling menguntungkan Golkar.

Publik tidak perlu berharap banyak pada perubahan sikap politik Golkar. Karena bisa jadi mereka sedang memikirkan diri mereka sendiri. 

  • Golkar

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!