OPINI

Hidup di Ujung Pedang, Novel adalah Kita

Novel Baswedan menyapa wartawan.

Tak ada profesi yang lebih rentan bahaya, dibanding pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Setiap hari mengusut perkara korupsi, para pendekar antikorupsi di KPK nyaris seperti hidup di ujung pedang. Setiap saat nyawa taruhannya.

Begitu juga Novel Baswedan. Berkali-kali ia menghadapi ancaman teror hingga percobaan pembunuhan, terutama ketika sedang menyidik kasus korupsi besar. Termasuk ketika Novel terancam buta mata dan mengalami luka bakar ketika wajahnya dilempar air keras oleh dua orang pengecut pada pagi buta, Selasa kemarin.


Teror terhadap Novel Baswedan adalah teror terhadap KPK. Juga teror terhadap kita semua, yang menganggap korupsi sama jahatnya dengan teroris. Teror terhadap Novel Baswedan adalah teror terhadap ikhtiar bangsa ini membabat habis korupsi.


Di sisi lain kita juga berharap KPK dan aparat kepolisian meningkatkan penjagaan dan keamanan terhadap para penyidik KPK, terutama yang dikenal publik. KPK harus memperbaiki standar prosedur operasi pengamanan penyidik, dan tidak menyepelekan setiap ancaman yang datang. Meskipun para pegawai KPK sudah mewakafkan jiwa dan raga mereka untuk jihad melawan korupsi, tidak berarti mengabaikan aspek keselamatan jiwa mereka.


Kita yakin pelaku maupun dalang teror terhadap Novel Baswedan atau pada penyidik KPK lainnya adalah para penjahat, pengecut, serta pengkhianat bangsa. Mereka bisa berbuat apa saja untuk mengganggu KPK. Dan mereka tidak boleh kita biarkan melenggang bebas, dan harus ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.


Maka yang bisa kita lakukan saat ini adalah sepenuh hati mendukung Novel, para penyidik KPK dan keluarga mereka serta institusi KPK agar kuat menghadapi serangan balik para koruptor. Jangan sampai teror pada Novel mengendurkan perang melawan korupsi.   

  • Novel Baswedan
  • teror air keras
  • KPK
  • antikorupsi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!