BERITA

KLHK: Penyebab Karhutla di Kalbar Adalah Masyarakat, Bukan Perusahaan

""Itu pembukaan lahan untuk pertanian dan di kota itu untuk perumahan katanya, bukan perusahaan.""

KLHK: Penyebab Karhutla di Kalbar Adalah Masyarakat, Bukan Perusahaan
Kabut asap akibat dari karhutla di Pontianak, Kalimantan Barat (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melanda Kalimantan Barat (Kalbar). Tercatat, ada 4 kota dan kabupaten yang terdampak. Menurut data terakhir, Selasa (21/8), 168 hektare lahan di Kabupaten Ketapang yang terbakar, Kota Pontianak 94 hektare, Kota Singkawang 2.732 hektare, dan Kabupaten Sintang 56 hektare.

Juru Bicara Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Khalisah Khalid menyatakan Karhutla yang selama ini terjadi disebabkan ulah korporasi/perusahaan. Menurutnya, sanksi yang diberikan kepada perusahaan hanya sebatas administratif sehingga tidak memberikan efek jera.

"Upaya pemulihannya itu dan pencegahan kebakaran itu harus dibarengi dengan penegakan hukum terhadap korporasi, kami melihatnya bukan ada krisis lingkungan tapi juga ada kejahatan korporasi secara sistematis yang melakukannya dengan intervensi kebijakan," ucap Khalisah, Selasa (21/8). 

Khalisah mengatakan, sepanjang Januari-Agustus 2018, wilayah karhutla tertinggi berada di Kalbar lalu diikuti Riau. Ia pun menambahkan, saat ini di Pontianak masih dalam status level berbahaya. Karenanya, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan anak sekolah agar terhindar dari paparan asap udara. 

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) KHLK per hari ini Selasa (21/8) mencatat kondisi udara di Pontianak berstatus "Tidak Sehat". Nilai ISPU di Pontianak mencapai 156 dari standar baik di kisaran 0-51.

red


Pembukaan Lahan Gambut

Berseberangan dengan WALHI, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ruandha Agung Sugardiman menampik pernyataan bahwa penyebab Karhutla paling banyak lantaran perusahaan. Menurutnya, karhutla di Kalbar justru disebabkan pembakaran yang dilakukan masyarakat untuk membuka lahan gambut. Lahan tersebut diduga akan digunakan sebagai lahan perumahan dan bangunan. 

"Itu pembukaan lahan untuk pertanian dan di kota itu untuk perumahan katanya. Bukan perusahaan. Kalau kita lihat dari petanya bukan perusahaan. Kalau ketahuan, sanksinya besar, risikonya tinggi. Dia enggak berani sekarang," kata Ruandha saat dihubungi KBR, Selasa(21/8).

Ruandha mengklaim jumlah titik api sudah menyusut hingga kurang dari 20 titik panas di Kalbar. KLHK menurut dia sudah menyurati Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar melakukan modifikasi cuaca dengan menaburkan garam. Upaya ini diperlukan untuk mempercepat pemadaman. Namun menurut Ruandha, modifikasi cuaca juga harus menunggu kondisi awan.

"Kalau butir awannya sedikit, walaupun disebar garam untuk hujan buatan ya nggak jadi hujan juga," ujar Ruandha. 

Ruandha menambahkan, kebiasaan masyarakat membuka lahan dengan cara membakar menyulitkan upaya mencegah karhutla. Dia mencontohkan di beberapa daerah di Kubu Raya, Kalbar, masyarakatnya terbiasa membakar untuk membuka lahan di setiap penghujung musim kemarau.

Baca juga: 

    <li><b><a href="http://kbr.id/nasional/07-2018/ini_persiapan_polisi_antisipasi_karhutla_jelang_asian_games/96649.html">Ini Persiapan Polisi Antisipasi Karhutla Jelang Asian Games&nbsp;</a></b></li>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/nusantara/08-2018/karhutla_di_aceh_besar_merembet_ke_jalan_nasional/96880.html">Karhutla di Aceh Besar Merembet ke Jalan Nasional&nbsp;</a></b></li></ul>
    


    Usaha Keras Pemerintah

    Apa yang dilakukan KLHK sesuai dengan perintah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto. Jika saat ini masih ada titik api yang muncul, menurut Wiranto, KLHK dan BNPB dibantu TNI Angkatan Udara akan segera memadamkannya. 

    "Kita sudah wanti-wanti supaya kesiapan kita, penanggulangannya, prima betul. Dan dibandingkan tahun lalu, sekarang lebih kecil, karena kita sudah mempersiapkan dengan sungguh-sungguh. Semua all out. Rekayasa cuaca dilanjutkan, tapi tidak setiap hari. Di Palembang kemarin sudah rekayasa cuaca, kan hujan lebih cepat," kata Wiranto di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (21/8). 

    "Tetapi nggak sehari-hari bisa terbang buat menaburkan garam. Itu kalau ada awan. Kalau tidak ada awan apa-apa, ditaburin garam juga nggak akan hujan. Tapi percayalah, kita menanggulangi dengan baik," tambahnya lagi.

    Wiranto mengatakan, saat ini timnya sedang bekerja keras memadamkan api karena cuaca yang sangat kering dan panas. Ia berkata, tim terpadu akan terus bekerja menggunakan pesawat untuk menjatuhkan bom air di lokasi kebakaran. 

    Meski begitu, Wiranto mengakui ada kendala untuk merekayasa cuaca agar terjadi hujan. Wiranto berkata, saat ini sangat sedikit awan di langit Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalbar, hingga BNPB dan TNI AU tak bisa menaburkan garam. Jika awan mulai bermunculan, Wiranto berjanji akan segera mengulang strategi rekayasa cuaca tersebut, lantaran pada pekan lalu juga sempat terjadi hujan buatan di Sumatera Selatan.

    Editor: Fajar Aryanto

     

  • Karhutla
  • Kalimantan Barat
  • WALHI
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
  • kebakaran hutan dan lahan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!