BERITA

Perempuan yang Bercerita Lewat Foto

Pameran foto dari fotografer perempuan dari tanah Arab (Foto: voanews.com)

KBR – National Museum of Women in the Arts di Amerika Serikat saat ini tengah menggelar pameran foto bertajuk Rawiya, yang berarti ‘perempuan yang bercerita’. Seperti namanya, pameran ini melibatkan 12 fotografer perempuan yang merekam lanskap sosial politik di Iran dan dunia Arab. Pameran ini sudah berkunjung ke sejumlah museum di Amerika Serikat dalam tiga tahun terakhir.

Salah satu fotografer yang hadir di sini adalah Tanya Habjouqa, dari Gaza. Ia mendokumentasikan keseharian perempuan Palestina lewat foto. “Mereka hidup dalam kondisi tertekan dan kesulitan untuk hidup normal,” kata dia. Salah satu foto yang menurut dia paling berkesan adalah foto seorang perempuan bersama keluarganya di pantai. Mereka duduk bersama di samping mobil warna kuning. “Laut seperti memberikan mereka waktu untuk merasa aman sementara,” kata Habjouqa. Tak mudah baginya untuk membuat para perempuan ini lebih termuka dan mau difoto. Ia menghabiskan 2 bulan pada tahun 2009 di Gaza untuk membuat rangkaian foto ini.

Dari Yemen, ada Boushra Almutawakel, seorang fotografer profesional perempuan pertama di sana. Ia mendapat pengakuan internasional lantaran memakai hijab (??) – untuk menantang persepsi soal tren sosial dan bagaimana sebaiknya seseorang berbusana di depan umum. Rangkaian karyanya berjudul ‘The Hijab’ (2001). Di salah satu fotonya ia menampilkan seorang perempuan yang memakai kerudung bendera Amerika Serikat. Menurut Almutawakel, foto ini menunjukkan bahwa seseorang bisa menjadi seorang Muslim, sekaligus warga Amerika Serikat. Foto ini menimbulkan kontroversi – ada yang tidak suka karena bendera dipakai sebagai kerudung, ada pula yang tersisnggung karena perempuan di foto ini ditutup oleh bendera Amerika Serikat.

Fotografer dari Iran, Gohar Dashti membuat foto tentang isu sosial. Ia menata subyeknya di sebuah area milik pemerintah yang dipakai para sineas untuk membuat film tentang perang. “Today’s Life and War” adalah sebuah karya yang lahir pada tahun 2008, menjadi representasi dari warisan perang dan dampaknya kepada masyarakat. Ada satu foto yang menampilkan sepasang pengantin, duduk berdampingan di bangkai mobil yang terbakar habis di sebuah peperangan. “Meski mereka tidak memperlihatkan emosi, pasangan pengantin itu adalah perwujudan dari tekad untuk bertahan hidup,” kata Dashti.

Fotografer lain dari Iran, Shadi Ghadirian, melihat identitas perempuan, sensor dan peran gender. Ia banyak memasukkan elemen humor dan parodi lantaran tak bisa memotret rambut perempuan atau kontak fisik laki-laki dan perempuan. Misalnya ada satu foto yang menggambarkan seorang perempuan berpose di depan gambar latar yang mengingatkan akan era abad 19. Perempuan di foto itu memakai baju kuno Iran, dilengkapi kaca mata kekinian. Pakaian itu lebih terbuka dibandingkan pakaian perempuan Iran zaman sekarang. “Saya harap ketika orang-orang melihat foto saya, mereka bisa mengerti realitas soal perempuan Iran, dulu dan sekarang.”

Fotografer perempuan asal Mesir, Rana El Nemr, memilih untuk merekam citra urban yang mempertanyakan ruang, identitas dan kepemilikan. “The Metro” memotret perempuan di dalam gerbong pertama kereta bawah tanah, yang khusus disediakan untuk penumpang perempuan dan anak-anak. Dia memotret perempuan itu secara sembunyi-sembunyi. Lewat foto, ia ingin menggambarkan perempuan yang rentan akan depresi, ketidakpedulian, sekaligus toleransi agama.  (voanews.com)

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • Foto
  • fotografer perempuan
  • Perempuan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!