CERITA

Warga Lokal Menolak Rencana Pembangunan PLTP di Mindoro

Pengeboran sedang berlangsung di Mindoro Filipina, untuk mencari daerah-daerah yang punya potensi pa

Desa Montelago terletak di pesisir pantai Danau Naujan Mindoro. Perairan ini menjadi sumber utama makanan dan mata pencaharian bagi 1900 jiwa penduduknya.

 

Berjalan melewati rumah-rumah kecil di jalanan utama desa itu, saya kerap harus memberi jalan pada kuda-kuda yang mengangkut pohon kelapa yang baru ditebang menuju pelabuhan.


Setiap rumah tampaknya memelihara ayam yang dibiarkan berkeliaran. Tidak banyak usaha rumahan di sini. Hanya ada beberapa toko yang menjual minuman dingin dan makanan ringan.


Montelago baru saja terhubung dengan jaringan listrik kata kepala desa, Felix Guida.

 

“Masalah di sini adalah listrik. Ini daerah terpencil. Kami punya jaringan listrik tapi jika ada badai, listriknya mati. Pemadaman listrik sering terjadi di sini,” jelas Felix.

 

Jalan keluar dari masalah ini mungkin terletak di bawah desa itu. Sepanjang jalan yang saya lalui terdapat kolam-kolam yang mengeluarkan gelembung air panas.


Saya diberitahu kalau masyarakat di sini biasa menggunakannya untuk memasak. Tapi kini sebuah proyek sedang berjalan, yang akan mengubah panas yang sama menjadi listrik bagi masyarakat Montelago dan banyak komunitas lain.   

 

Di perbukitan yang ada di desa itu, para insinyur dari perusahaan Emerging Power sedang menurunkan bor berkepala berlian ke dalam bebatuan vulkanik.


Manajer proyek, Fidel Correa, menjelaskan tentang pegunungan ini. “Ini magmatik bukan vulkanik. Ada lava di kedalaman sekitar 30-40 ribu meter.”

 

Tidak jauh dari situ, para pria dengan gergaji mesin sedang membersihkan area hutan. Di sini nanti turbin dan mesin lainnya akan dipasang begitu produksi energi panas bumi dimulai


Correa menjelaskan sumur yang ada di depan saya ini adalah sumur uji coba.

 

“Kami ingin tahu berapa temperatur di kedalaman 1000 – 1200 meter. Ini akan memberi kami gambaran berapa banyak energi yang bisa kami dapatkan. Kami ingin mendapat 40 megawatt listrik panas bumi untuk memasok seluruh kepulauan Mindoro.”

 

Sejak tahun 1970an, Filipina telah menanfaatkan listrik panas bumi. Baru-baru ini sekitar 17 persen dari total pasokan energi negeri itu berasal dari sumber energi terbarukan ini. Tapi Emerging Power mengatakan pemerintah belum memaksimalkan potensi keseluruhan panas bumi yang ada.

 

Perusahaan itu memperkirakan proyek Mindoro ini akan menelan biaya Rp2,4 Triliun dimana semuanya dibiayai oleh swasta. Para insinyur berharap produksi energi bisa dimulai dalam tahun ini.

 

Dan ini berarti penghematan keuangan yang besar bagi para penduduk lokal. Saat ini, penduduk desa di Montelago yang punya barang elektronik, seperti lemari pendingin, membayar sekitar Rp 400 ribu per bulan.


Emerging Power mengatakan begitu pulau itu dialiri listrik panas bumi, harga itu akan berkurang separuhnya. Tapi penduduk lokal tidak sabar menunggunya.


Rosanie Valiente adalah kepala sekolah dasar Montelago. “Pemadaman listrik selalu terjadi di sini. Jadi kami memakai lilin. Ini sangat mempengaruhi para murid karena mereka tidak bisa belajar dengan baik karena gelap.”

 

Valiente punya harapan yang tinggi pada proyek energi panas bumi, tapi dia mengatakan mereka harus diyakinkan. Masyarakat di sini mulai khawatir ketika perusahaan dari luar masuk dan mulai menggali tanah mereka.


Dan kekhawatiran mereka beralasan.

 

Saya berbincang dengan Liezle Atilano, yang mewakili masyarakat adat Mindoro, komunitas Mangyan di pantai Danau Naujan. Dia mengatakan di masa lalu, perusahaan pertambangan telah merusak desa-desa di sini.

 

“Pertambangan menyebabkan banjir di satu dari empat desa dan saya dengar ada beberapa orang tewas akibat tanah longsor di dekat pertambangan. Zat beracun juga  mencemari air dan meracuni ikan kami,” kata Liezle.

 

Lesley Capus adalah sosilog yang dipekerjakan oleh Emerging Power untuk merangkul dan membangun kepercayaan masyarakat di sekitar proyek panas bumi


Menurutnya ketidakpercayaan terhadap orang luar sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Ditambahkannya nama Mindoro dalam bahasa Spanyol berarti pertambangan emas.

 

“Provinsi kepulauan Mindoro dalam konteknya punya masalah besar dalam industri pertambangan. Jadi masyarakat secara alami curiga setiap kali ada campur tangan dalam pembangunan di dalam komunitas mereka,” tutur Lesley.


Capus dan Emerging Power mengajak para kepala desa, guru dan pejabat lokal berkeliling pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan melakukan sosialisasi di desa-desa. Perusahaan juga akan melakukan latihan evakuasi akibat tanah longsor di komunitas terdekat.


Capus mengklaim mereka melakukan semua hal untuk menunjukkan pada masyarakat kalau mereka sedang membantu masyarakat dan sangat memperhatikan keamanan masyarakat. Tapi masih ada sikap skeptis dalam masyarakat.  

 

Kepala desa Montelago, Felix Guida, menjelaskan alasannya.


“Tidak banyak masyarakat di Mindoro yang paham apa yang sedang dilakukan perusahaan energi ini. Masyarakat curiga dan bepikir itu adalah perusahaan pertambangan. Awalnya sulit membuat masyarakat mengerti apa itu panas bumi. Masih ada warga di sini yang menentang proyek itu. Tapi kami kepala desa berhasil menyakinkan sebagian besar warga kalau proyek ini aman dan akan menguntungkan semua warga Mindoro.”  


Guida menambahkan setidaknya warga desa akhirnya percaya kalau perusahaan itu bukan penambang emas.

 

  • Filipina panas bumi
  • energi terbarukan
  • pengeboran sumur panas bumi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!