HEADLINE

Mengungsi ke Jakarta, Petani Telukjambe Karawang Butuh Bantuan

""Kalau alas tidur segala macam waktu di kantor, pertama kami sediakan sumbangan tikar dari Tanah Merah, kedua dengan spanduk-spanduk ""

Rio Tuasikal

Mengungsi ke Jakarta, Petani Telukjambe Karawang Butuh Bantuan
Petani Telukjambe Karawang, Jawa barat. (Foto: KBR/Ninik J.)



KBR, Jakarta- Seratusan petani Karawang yang mengungsi dari konflik lahan mulai bermalam di LBH Jakarta sejak Kamis (20/10/2016) sore. Mereka sebelumnya menginap di kantor Serikat Tani Nasional (STN) di Tebet juga di Tanah Merah.

Ketua STN, Ahmad Rifai, menyatakan mereka bermalam dengan kondisi memprihatinkan. Sebab, hampir seluruh petani ini tidak membawa barang-barang termasuk pakaian. Ironisnya, sebagian dari warga yang mengungsi ini adalah anak, bayi, dan perempuan hamil.


"Ya seadanya. Kalau dari sana kan mereka bawa badannya doang," jelasnya kepada KBR.


"Kalau alas tidur segala macam waktu di kantor, pertama kami sediakan sumbangan tikar dari Tanah Merah, kedua dengan spanduk-spanduk vinyl itu," jelasnya lagi.


Rifai mejelaskan, kebutuhan sehari-hari para petani kini diambil dari uang kas organisasi. Sementara pakaian mereka dapatkan dari sumbangan tetangga di Tanah Merah, namun jumlahnya masih kurang. Para pengungsi yang perempuan sangat membutuhkan sumbangan pembalut, sementara bayi membutuhkan makanan dan susu bayi.


Kata Rifai,mereka telah menghubungi Dinas Sosial DKI Jakarta. Namun Dinsos hanya menawarkan mereka untuk pulang ke kampung mereka di Karawang. Sementara Kementerian Sosial yang sebelumnya akan mengecek para petani pun belum pernah datang.


Para petani ini, kata Rifai, akan kembali ke Karawang jika polisi menjamin warga aman dari intimidasi perusahaan dan aparat. Sementara kasus hukum bisa dikawal dari Karawang dan organisasinya di Jakarta.

"Yang penting jaminan keamanan dulu," tegasnya. 

  • konflik lahan telukjambe barat karawang
  • Ketua STN
  • Ahmad Rifai

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!