HEADLINE

Disalahkan karena Raisa Nikah, Jokowi: Media Sosial Kejam

""Saya dikomplain mengenai Raisa. Pak Presiden, ini satu lagi aset Indonesia lepas ke tangan asing, karena ternyata suaminya itu orang Australia""

Ninik Yuniati

Disalahkan karena Raisa Nikah, Jokowi: Media Sosial Kejam
Presiden Jokowi saat memberikan pidato dalam peringatan dies natalis Universitas Padjajaran, Senin (11/09). (Foto: Biro Pers)

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo menyatakan media sosial di Indonesia sangat kejam. Kata dia, media sosial memiliki kekuatan untuk mengubah lanskap politik, hukum, sosial maupun ekonomi dunia. Kemampuan dan pengaruh media sosial ini telah menjadi perbincangan di antara pemimpin-pemimpin negara di seluruh dunia.


Pernyataan ini disampaikan Jokowi di acara Dies Natalis ke-60 Universitas Padjajaran Bandung.


"Semua negara juga sudah mengeluhkan, saya ketemu perdana menteri, presiden, raja, ketemu emir. Presiden Jokowi bagaimana medsos di Indonesia? kejam apa tidak? Wah kalau di Indonesia kejam banget, saya jawab. Media mainstream, bisa dikendalikan, tapi media sosial, tidak. Kalau dia punya platform sendiri, ya mungkin bisa. Tapi hampir semua negara tidak bisa mengendalikan ini. Semua mengatakan kepada saya," kata Jokowi di Universitas Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Senin (11/9/2017).


Jokowi mencontohnya dua peristiwa besar dunia yang beberapa waktu lalu yang disebabkan oleh pengaruh media sosial. Pertama, keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit, menurut Jokowi, tidak diprediksikan sebelumnya bahkan oleh Perdana Menteri David Cameron.


"Tapi setelah referendum apa yang terjadi? berubah total dan kalah. Karena apa? saya mencari tahu kesana-sana, ternyata medsos yang memengaruhi."


Peristiwa besar kedua adalah pemilihan Presiden Amerika Serikat. Menurut Jokowi, Trump akhirnya mendulang kesuksesan lewat kampanye gencar di media sosial. Kendati, survei-survei di Amerika kala itu selalu mengunggulkan Hillary Clinton.


"Karena info-info yang saya terima lewat medsos mengatakan tidak seperti itu. Dan benar. Karena memang Presiden Trump menggunakan kampanye medsos ini sangat luar biasa, akhirnya juga berubah," ujar dia.


Baca: Minta Maaf Unggah Foto Hoax, Tifatul: Emang Situ Nggak Pernah Salah?


Media sosial, kata Jokowi, juga punya kekuatan besar untuk cara berinteraksi dan merespon informasi. Ia sempat menceritakan tentang ulah kocak netizen yang mengkomplainnya tentang pernikahan Raisa dan Hamish. Selang beberapa hari, netizen kembali komplain soal pernikahan Laudia Cynthia Bella.


"Saya dikomplain mengenai Raisa. Pak Presiden, ini satu lagi aset Indonesia lepas ke tangan asing, karena ternyata suaminya itu orang Australia. Ini belum saya jawab. Sudah muncul lagi, Pak, ini satu lagi aset Indonesia, lari ke tangan asing, siapa lagi ini? itu Pak Cynthia Bella, dinikahi orang Malaysia. Aduh."


Respon Jokowi ini disambut gelak tawa dari civitas akademika Universitas Padjajaran. Kata dia, lewat media sosial, isu sekecil apapun bisa disampaikan ke Presiden dan mampu menyedot perhatian publik.


"Dulu tidak pernah kan, bisa disampaikan langsung ke Presiden. Inilah keterbukaan yang kita hadapi, dan kita semuanya harus siap. Bukan urusan yang gede-gede, seperti Freeport, Newmont, hal-hal yang personal aja sekarang bisa disampaikan pada kita," ujar politikus PDI Perjuangan ini.


Meski kekuatan media sosial tidak bisa dibendung, Kepala Negara meminta universitas untuk berperan untuk mengantisipasi dampak negatif. Terutama terkait berita bohong, fitnah maupun ujaran kebencian.

Editor: Rony Sitanggang

 

  • Media sosial
  • Jokowi
  • sindikat buzzer Saracen

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!