HEADLINE

Permukiman Digusur, Alasan Warga Bukit Duri Tolak Pindah ke Rusun

Permukiman Digusur, Alasan Warga Bukit Duri Tolak Pindah ke Rusun
Bocah warga Bukit Duri, Jakarta Selatan menangis menyaksikan rumahnya digusur. (Foto: KBR/Gilang R.)



KBR, Jakarta- Sebagian Warga RT 05 dan RT 06 Bukit Duri, Jakarta Selatan, menolak direlokasi ke rumah susun Rawa Bebek setelah permukiman mereka digusur. Ketua RT 06, Mulyadi (43) beralasan, rusun yang disediakan pemerintah jauh dari lokasi tempat bekerja dan sekolah anak-anak.

"Jujur kita menolak dipindahkan ke rusun Rawa Bebek karena statusnya sewa. Tiga bulan gratis, terus kita buka rekening, setelah itu mereka harus bayar dengan jumlah sekian, mungkin 700-800 ribu bisa terjadi," kata Mulyadi di Bukit Duri, Rabu (28/09/16).


Mulyadi menjelaskan, mayoritas warga  bekerja di sekitaran Bukit Duri. Mulai dari berdagang sampai jadi buruh di Pasar Jatinegara. Saat ini mereka memilih tinggal dikontrakan sembari menunggu putusan pengadilan.


"Sekarang warga ada yang sudah mulai ngontrak, ada yang tinggal di saudara dulu, karena barang-barang sebagian masih ada di sini," kata Mulyadi yang sehari-hari bekerja di pasar Jatinegara.


Hal senada juga disampaikan warga RT 06, Santi (36), ia menolak direlokasi ke rusun Rawa Bebek. Ia mempunyai dua orang anak yang masih sekolah. Sehingga ia dan keluarganya memilih untuk mengontrak rumah di sekitaran Bukit Duri.


"Rawa Bebek jauh dari lokasi sekolah, kasian anak-anak. Kalaupun pindah administrasinya ribet lagi," kata Santi.


Sementara itu, warga RT 05 Suprianto (41) menilai, relokasi ke rusun Rawa Bebek tidak tepat. Ia mengatakan, harusnya pemerintah melakukan kajian terlebih dahulu sebelum memutuskan tempat relokasi. Seperti mempertimbangkan tempat warga bekerja dan sekolah anak-anak.


"Jadi tidak asal pindahin aja," ujar Supri. 

  • penggusuran bukit duri
  • Rusun Rawa Bebek
  • Ketua RT 06
  • Mulyadi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!