HEADLINE

BMKG: Kabut Asap Selimuti Rokan Hilir, Dumai, Siak

BMKG: Kabut Asap Selimuti Rokan Hilir, Dumai, Siak



KBR, Jakarta - Pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan konsentrasi kabut asap cukup banyak berada di kawasan Riau dan sekitarnya, terutama Kabupaten Rokan Hilir, Dumai dan Siak.

Prakirawan cuaca dari BMKG, Muhammad Hakiki mengatakan, dari pantauan citra satelit menunjukkan pergerakan arah angin menyebabkan kabut asap bergerak ke arah utara dan barat daya yaitu ke arah Sumatera Utara. Sementara jumlah titik panas atau hotspot mencapai 72 titik dengan tingkat kepercayaan mencapai 80 persen.


"Dari pantauan satelit BMKG, daerah seperti Rokan Hilir, Dumai dan Siak itu memang cukup banyak titik hotspot sampai dengan 40 titik panas. Dari semalam, data BMKG hingga pagi tadi, kalau kita pantau arah angin dominan dari tenggara hingga selatan, arah angin bergerak ke Sumatera Utara. Juga ke arah negara tetangga terutama Malaysia, tapi masih relatif baik," kata Muhammad Hakiki kepada KBR, Senin (29/8/2016).


"Kalau saat ini, hingga pukul 7 pagi belum terlihat ke arah Batam atau Singapura, masih relatif baik. Hanya pergerakan ke arah Sumatera Utara," sambungnya.


Prakirawan cuaca dari BMKG, Muhammad Hakiki menambahkan, meski arah kabut asap bergerak ke Sumatera Utara namun wilayah itu berpotensi hujan ringan sehingga kabut asap mudah hilang.


Kata dia, kabut asap saat ini masih belum membahayakan penerbangan terutama di sekitar Pekanbaru karena ketinggian masih rendah dan belum mencapai 10 ribu kaki. BMKG menyebutkan jarak pandang di Pekanbaru masih sekitar 10 kilometer.


Sementara itu kemarin (28/8/2016) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jambi menyebut Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayah tersebut masih dalam katagori sangat baik. Sehingga lalu lintas penerbangan, kata Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Jambi Dalmanto, belum terganggu.


Namun begitu, BPBD Jambi bersama Gubernur menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan hingga 14 Oktober mendatang. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kebakaran lahan yang berimbas pada bencana kabut asap. Kata dia, saat ini pihaknya telah mendirikan posko pusat bencara kebakaran hutan dan lahan di tiap kecamatan. Selain itu, dua helikopter juga disiagakan untuk memadamkan titik api.


"Setelah pak Gubernur menetapkan siaga, kami sudah mendirikan posko pusat bencana karhutla di area Bandara Sulthan Thaha yang lama, termasuk pendirian posko di setiap kecamatan. Selain itu kami sediakan dua heli dari BNPB dan swasta," ujar Dalmanto saat dihubungi KBR, Minggu (28/8/2016).


"Untuk Jambi saat ini ISPU kita masih di bawah 50 itu artinya masih dalam kategori sangat baik. Penerbangan juga belum ada yang terganggu karena jarak pandang masih sangat normal antara 5000 sampai 10.000 saat ini," sambungnya.


Hal serupa juga dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi (BPBD) Kalimantan Tengah. Kepala BPBD Kalimantan Tengah, Brigong Tom Moenandaz mengatakan, saat ini di wilayahnya tidak pernah tanpa titik api.


Meski begitu, koordinasi dari berbagai pihak terutama perusahaan pemilik perkebunan terus dilakukan. Kata dia, setiap perusahaan sudah menyiagakan beberapa sumur bor di setiap lahan perkebunannya.


"Kita sudah melakukan langkah-langkah terutama kita sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran lahan dan perkebunan hingga 8 Oktober. Ini baru status siaga, belum yang status tanggap tetapi ini bisa sewaktu-sewaktu kita naikkan tergantung kondisi. Kita juga sudah meminta bantuan BNPB dan sudah disiagakan dua helikopter untuk water bombing. Selain itu seluruh BPBD Kabupaten/Kota juga sudah siap termasuk TNI Dan Polri jadi semua siap bergerak," ujar Brigong ketika dihubungi KBR, Minggu (28/8/2016).


Baca juga: Kabut Asap Menyelimuti Kota Pekanbaru





Editor: Quinawaty

 

  • kabut asap
  • Pekanbaru
  • Riau
  • bmkg

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!