HEADLINE

Gempa 6,4 SR di NTB, BPBD Perkirakan Lebih 3.000 Warga Mengungsi

""Sementara ini ada enam titik pengungsian. Di Lombok Timur, di Lombok Utara""

Winna Wijaya, Dian Kurniati

Gempa 6,4 SR di NTB, BPBD Perkirakan Lebih 3.000 Warga Mengungsi
Sejumlah warga korban gempa berada di pengungsian di lapangan Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (BPBD-NTB) memperkirakan ada lebih dari 3.000 warga yang mengungsi, lantaran terdampak gempa berkekuatan 6,4 skala Richter yang terjadi di NTB, Minggu pagi. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD-NTB Agung Pramuja mengatakan, saat ini baru terbangun enam tenda untuk menampung para pengungsi tersebut, yang rencananya hari ini  jumlah tenda tersebut akan bertambah.

Ia berkata, kebanyakan pengungsi tersebut berasal dari Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara.

"Sementara ini ada enam titik pengungsian. Di Lombok Timur, di Lombok Utara juga pengungsian. Barangkali karena banyak, dampaknya masyarakat masih trauma, mencapai ribuan. Sementara ini, untuk yang hilang, belum ada. Semua sedang proses penanganan yang luka, pemenuhan kebutuhan di lapangan. Jadi kami sudah kirim dapur umum ke sana untuk merapat," kata Agung kepada KBR, Minggu (29/07/2018).


Agung mengatakan, rumah dan fasilitas umum di Lombok Timur dan Timur Utara memang yang paling banyak mengalami kerusakan. Namun, kata Agung, warga dari daerah lain juga banyak yang mengungsi lantaran khawatir terjadi gempa susulan. Alasannya, kata Agung, pada hari Minggu saja, terjadi lebih dari seratus gempa susulan, dengan skala bervariasi.


Agung berkata, sebagian besar fasilitas seperti telekomunikasi, jalan, air bersih, dan listrik masih berjalan baik. Namun, khusus di Desa Belanting, Lombok Timur, BPBD memilih memadamkan listrik seharian lantaran kerusakan bangunan sangat parah, dan khawatir mencelakai warga saat terkena kabel.


Hingga Minggu malam, BPBD-NTB mencatat 15 orang tewas akibat tertimbun reruntuhan bangunan, sedangkan ratusan lainnya mengalami luka, baik ringan maupun berat. Warga yang terluka kebanyakan dirawat di tenda pengungsian, lantaran bangunan Puskesmas juga rusak.

red

Sejumlah wisatawan pendaki Gunung Rinjani berhasil turun saat terjadi gempa di pintu pendakian Bawaq Nau, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7).  

Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) memprioritaskan pencarian pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani, dalam evakuasi korban terdampak gempa. Juru Bicara Basarnas NTB I Gusti Lanang Wiswananda mengatakan, sekitar sepertiga pendaki, dari total 826 orang, telah turun setelah gempa reda.

Kata dia, sekitar 260 orang pendaki lainnya, masih berada di sekitar  Danau Segara Anak Gunung Rinjani, dan menunggu untuk dievakuasi. Dari jumlah tersebut, ada seorang pendaki asal Makassar, yang tewas dan belum terevakuasi.

"Untuk saat ini, kita fokus yang di pendaki, untuk pendaki yang masih terjebak di Gunung Rinjani, tepatnya mereka sudah berada di Danau Segara Anak. Jadi mereka tidak bisa turun akibat longsor, yang longsor tersebut mengakibatkan semua jalur pendakian tertutup," kata Lanang kepada KBR.


Lanang mengatakan, para pendaki bisa menuruni gunung melewati jalur Sembalun, lantaran jembatan yang dikabarkan roboh, ternyata masih bisa dilewati pendaki. Semalam, tim SAR gabungan telah berkoordinasi untuk persiapan evakuasi para pendaki tersebut. Ia berkata, akan ada ratusan anggota tim SAR gabungan yang bekerja untuk evakuasi tersebut, terdiri dari Basarnas, Polri, TNI, dan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.


Meski berfokus pada pencarian pendaki di Gunung Rinjani, Lanang berkata, Basarnas tetap mengerahkan anggota untuk mengevakuasi korban yang terjebak reruntuhan bangunan akibat terdampak gempa. Ia berkata, ada sekitar 20 orang anggota Basarnas yang terbagi dalam empat tim yang mengevakuasi korban tersebut, bersama tim dari kepolisian dan TNI. Ia berkata, kerusakan bangunan terberat terjadi di Lombok Timur dan Lombok Utara.


Menurut Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Sudiyono, dari jumlah pendaki gunung sebanyak 800 orang lebih, sekitar  40 persen warga asing dan sisanya lokal. Kata dia, masih tersisa sekitar 300 orang yang belum turun. Mereka terjebak waktu istirahat antara danau dengan puncak.

Kata dia, 500 orang telah menuruni gunung.

"Sudah turun dengan sendirinya karena mereka merasa, kan posisinya tidak semuanya di danau, yang terjebak itu adalah para pendaki yang kebetulan sedang istirahat di danau atau antara danau dengan pelawangan (puncak Rinjani)," ujar Sudiyono kepada KBR, Minggu (29/7/18).


Sudi mengatakan, alam pendakian gunung, ada satu orang meninggal. Kini posisinya masih dalam kawasan, belum bisa dievakuasi.

 

Dia mengimbau agar pendaki yang terjebak di atas gunung untuk tenang dulu supaya menghemat energi. Saat ini, pendakian Rinjani ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. Kata dia, jalur pendakian akan dievaluasi kemungkinan adanya kerusakan.

Sementara itu Kementerian Sosial menerjukan 60 anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk mendampingi warga yang menjadi korban gempa. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, Tagana tersebut ditugaskan untuk memberikan konseling agar warga tak trauma pada gempa.

Harry berkata, dalam rombongan tersebut terdapat Tim Layanan Dukungan Psikososial yang memang ahli memberikan pendampingan psikologis kepada warga. Selain mengirim Tagana, kata Harry, pemerintah juga mengirim logistik seperti bahan makanan dan tenda untuk pengungsi.

"Sambil evakuasi, juga para Tagana, ada tiga orang yang sudah terlatih dalam menangani psikososial. Jadi dalam membantu korban, saat memberi bantuan makanan, memberi perlengkapan, sekaligus saya meminta memberi dukungan psikososial, untuk memastikan korban tidak sampai terkena trauma berkepanjangan. Jadi ada semacam konseling, trauma healing," kata Harry kepada KBR, Minggu (29/07/2018).


Harry mengatakan, bantuan logistik dan Tagana telah dikirimkan sejak Minggu, pasca-gempa terjadi di NTB. Kata Harry, tugas Tagana dimulai dari Kampung Siaga Bencana Desa Darakunci, Kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Ia berkata, desa tersebut memang termasuk yang mengalami kerusakan parah akibat gempa.


Harry berujar, bantuan logistik yang telah dikirim misalnya makanan siap saji, tenda, matras, perlengkapan anak, perlengkapan lansia. Ia mengatakan, Kemesos siap memberikan bantuan untuk korban bencana selama 90 hari ke depan.  Adapun santunan untuk keluarga korban tewas dan terluka, kata Harry, akan diberikan hari ini oleh Menteri Sosial Idrus Marham.


Kemarin Presiden Joko Widodo meminta pemerintah pusat dan daerah agar kompak dalam menangani dampak gempa yang terjadi beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Barat dan Bali. Jokowi  berjanji, semua bantuan untuk masyarakat terdampak akan segera berdatangan.


"Saya sudah perintahkan, kepada BNPB, kepada Menteri PU, kepada Mensos, kepada Panglima juga, untuk segera bergerak bantu masyarakat yang terkena musibah," kata Jokowi di Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa, NTB, Minggu (29/07/2018).


Jokowi mengatakan, masyarakat korban gempa harus segera dibantu, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan dasarnya. Ia lantas memerintahkan Menteri Sosial Idrus Marham segera memenuhi semua kebutuhan tersebut.  


Jokowi berkata, perintah agar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah kompak membantu masyarakat terdampak gempa telah ia sampaikan dalam rapat terbatas penanganan gempa di Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa, Minggu sore. Jokowi memang dijadwalkan melanjutkan kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Barat untuk melihat pengerjaan bendungan di Dompu dan membagikan sertifikat tanah untuk warga. Sesampainya di bandara, Jokowi langsung menggelar rapat bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi.


Editor: Rony Sitanggang

 

  • gempa NTB
  • Gempa NTB 6
  • 4 SR
  • Presiden Jokowi
  • pendaki gunung rinjani terjebak pasca gempa

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!