HEADLINE

Pengamat Terorisme: Aksi Bom Bunuh Diri Saat Ramadan Adalah Fatwa

Pengamat Terorisme: Aksi Bom Bunuh Diri Saat Ramadan Adalah Fatwa

KBR, Jakarta - Pengamat terorisme Taufik Andrie menyebut aksi bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah, yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, merupakan fatwa yang sudah sejak lama dikumandangkan kelompok terorisme, salah satunya ISIS.

Pasalnya kata Andrie, melakukan bom bunuh diri adalah bagian dari ibadah mereka. "Serangan di bulan Ramadan menurut mereka justified. Di kalangan mereka justru ibadah dimaknai jauh sebagai jihad," ucapnya ketika dihubungi KBR, Selasa (7/5/2016).


Ia mencontohkan, fatwa yang beberapa pekan lalu dikatakan Juru Bicara kelompok terorisme Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Memang lazim, misalnya Juru Bicara ISIS, Al Adnan, mengeluarkan fatwa bahwa jihad di bulan penuh berkah memang bagus. Ini bukan fatwa yang pertama. Dulu-dulu sering ada fatwa seperti itu," tambah Andrie.


Namun begitu, ia tak mengetahui dari mana kelompok penyerangan di Solo itu. Hanya saja, sasaran teroris masih sama yakni institusi Kepolisian. Dan hal itu sudah beberapa kali terjadi.


Baca juga:


Presiden Jokowi: Tangkap Jaringan Bom Bunuh Diri Mapolresta Solo

Ini Teror Bom di Solo Sejak 2010-2016


Pagi tadi, sekira puku 07.35 WIB, aksi bom bunuh diri terjadi di Mapolresta Solo. Pelaku yang mengendarai sepeda motor ini sempat menerobos pengamanan Polisi, lalu meledakan diri di halaman Mapolresta.


Dari laporan Kontributor KBR, Yudha Satriawan, seorang petugas polisi mengalami luka di bagian wajah. Sementara pelaku dipastikan tewas.


Saat ini, polisi bersenjata lengkap dengan rompi antipeluru bersiaga. Sedangkan tim identifikasi Kepolisian (Inafis) tengah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).




Editor: Quinawaty 

  • bom bunuh diri di mapolresta Solo
  • Taufik Andrie
  • jihad
  • fatwa
  • ISIS

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!