HEADLINE

Surplus Perdagangan Rp 153 Triliun, Ini yang Bikin Jokowi Kesal

 Surplus Perdagangan Rp 153 Triliun, Ini yang Bikin Jokowi  Kesal

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo tak puas dengan kinerja ekspor-impor sepanjang 2017 yang tercatat surplus USD 11,84 miliar atau Rp153,4 triliun. Jokowi mengatakan, neraca perdagangan tersebut masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.


nilai ekspor sepanjang Januari hingga Desember 2017 sebesar USD 168,73 miliar atau Rp2.193 triliun, sedangkan nilai impornya sebesar USD 156,89 miliar atau Rp2.039 triliun.


Jokowi juga mengkritik Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang tak maksimal menggenjot ekspor dan mengabaikan pasar nontradisional seperti Asia Selatan dan Afrika.

"Ini fakta dan angka-angka itu ada. Dengan Thailand, kalah kita. Dengan Malaysia, kalah kita. Dengan Vietnam, kalah kita. Kalau kita terus-terus begini, kita bisa kalah dengan Kamboja dan Laos. Ini ada yang keliru. Ini yang harus diubah. Ini tanggung jawab Anda semua. Banyak yang keliru. Ini rutinitas yang kita lakukan bertahun-tahun tanpa perubahan. ITPC untuk apa? Mestinya di situ ada market intelligence," kata Jokowi di Istana Negara, Rabu (31/01/2018).

Jokowi mengatakan, ekspor merupakan bagian  penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, selain investasi. Dengan potensi sumber daya yang besar, menurut Jokowi, sangat tidak masuk akal apabila nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Desember 2017 hanya USD 168,73 miliar atau Rp2.193 triliun, sedangkan nilai impornya mencapai USD 156,89 miliar atau Rp2.039 triliun. Nilai ekspor itu masih kalah jauh dibanding Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Jokowi menyebutkan, Thailand yang penduduknya hanya 68,86 juta saja mampu mengekspor dengan nilai total USD 231 miliar, Malaysia senilai USD 189,5 miliar dan Vietnam USD 160 miliar.


Jokowi berujar, ada banyak kekeliruan dalam strategi perdagangan luar negeri Indonesia. Misalnya soal pemasarannya, Jokowi menilai atase perdagangan di luar negeri tak bekerja maksimal dalam mencari peluang-peluang perdagangan di tempatnya bertugas. Demikian pula dengan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (Indonesian Trade Promotion Center/ITPC) yang menurutnya tak signifikan mendorong ekspor.


Jokowi juga mengkritik Enggartiasto yang lambat melihat peluang pasar nontradisional seperti negara-negara Afrika dan Asia selatan. Kata dia, Indonesia selama ini selalu berfokus pada negara tradisional seperti Eropa dan Amerika Serikat. Padahal, negara seperti India dan Bangladesh memiliki penduduk hingga ratusan juta yang bisa menjadi pasar produk Indonesia.


Menurut Jokowi, Indonesia juga tak pernah serius mengikuti pameran produk ke negara-negara lain. Kata dia, anggaran promosi produk yang tersebar di 18 kementerian tak efektif. Menurutnya, seharusnya biaya promosi itu digabungkan sehingga pemerintah mampu menyewa stan besar yang strategis untuk memasarkan berbagai produk Indonesia, mulai dari yang dipamerkan Kementerian Perindustrian hingga Kementerian Koperasi dan UKM.


Editor: Rony Sitanggang

 

  • jokowi
  • neraca perdagangan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!