BERITA

Minim Perhatian, Batik Bondowoso Kurang Diminati

Minim Perhatian, Batik Bondowoso Kurang Diminati

KBR, Bondowoso - Minat masyarakat Bondowoso terhadap batik lokal dinilai masih rendah. Salah seorang perajin batik asal Dusun Lumbung, Desa Sukosari, Kecamatan Tamanan, Sofiah mengaku, selama masih banyak masyarakat Bondowoso yang tidak kenal dengan batik lokal.

Mayoritas masih senang menggunakan batik – batik dari luar kota seperti batik pekalongan, solo dan madura. Ini berdampak pada lambannya perkembangan usaha batik di kabupaten ini.


“Kalau pengembangan usaha batik utamanya di Bondowoso masih lamban. Masyarakat lebih suka pakai batik dari Solo, Pekalongan atau Madura. Sedikit terbantu karena ada aturan pakai batik lokal setiap hari Rabu,” kata Sofiah saat ditemui KBR di Galeri Batik Lumbung miliknya, Jumat (2/10/2015).


Ia menambahkan, Pemkab kurang gencar mempromosikan batik lokal Bondowoso ke masyarakat. Padahal, kualitas batik tulis khas Bondowoso tidak kalah dengan batik lain dari luar daerah.


Terbukti Sofiah banyak melayani permintaan dari berbagai wilayah di luar Bondowoso seperti Jember, Banyuwangi, Surabaya, Jakarta hingga keluar negeri.


“Konsumen beragam bahkan ada yang datang dari Malaysia dan Singapura. Mereka minta dibuatkan batik dengan jumlah partai, itu yang belum kami sanggup karena peralatan dan tenaga kerja masih minim,” ungkapnya.


Di Hari Batik Nasional yang jatuh hari ini, Sofiah berharap Pemkab Bondowoso bisa lebih gencar lagi mempromosikan batik lokal kepada masyarakat.


Caranya beragam, kata Sofiah, bisa dimulai dari diri sendiri. Karena hingga kini ia masih kerap melihat pejabat di Bondowoso menggunakan batik dari luar. Batik hasil produksi sofiah sendiri dibandrol dengan harga antara Rp.170 ribu hingga Rp. 750 ribu per potong.




Editor: Quinawaty Pasaribu

 

  • batik bondowoso
  • desa sukosari
  • Hari Batik Nasional

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!