DARI POJOK MENTENG

Menulis untuk Telinga [7]

"Tulislah yang Anda ketahui, tinggalkan bila Anda meragukan sebuah informasi. Sesaat sebelum mengudara, bila kita menangani begitu banyak naskah, mungkin kita tidak bisa menemukan jawaban semua masalah: bahan sumber yang tak jelas, kalimat yang artinya men"

Menulis untuk Telinga [7]
Buku Menulis untuk Telinga, Mervin Block, penerbit KBR68H dan MDLF, penyunting Bambang Bujono, jurnalisme penyiaran

15. Aktifkan naskah Anda. Berceritalah dengan kalimat aktif. Kalimat pasif lemah karena subyek tidak melakukan tindakan melainkan ditindak. “Hakim itu dilempar sepatu oleh terdakwa yang merasa dibohongi.” Lebih kuat disampaikan dalam kalimat aktif: “Terdakwa yang merasa dibohongi itu melemparkan sepatu ke arah hakim yang mengadilinya.” Pada beberapa kasus, jika subyek lebih penting daripada

tindakan, kalimat pasif mungkin lebih berkesan. “Presiden dilempari tomat oleh seseorang tak dikenal begitu turun dari kendaraan.”

Itu lebih kuat daripada, “Begitu Presiden turun dari kendaraan, seseorang tak dikenal melemparinya dengan buah tomat.” Tapi pada umumnya kalimat pasif perlu dihindari, karena memperlemah kalimat, dan kalimat lemah kurang daya tariknya buat pendengar.


16. Upayakan subyek sedekat mungkin dengan predikatPengaruh bahasa daerah dan bahasa Inggris seringkali membuat kita suka menyelipkan kata yang berfungsi sebagai penghubung yang sebenarnya tidak perlu.


- Saudara, ratusan ribu nyawa telah melayang akibat tsunami.

- Tak seperti lazimnya program transmigrasi, kali ini sasaran adalah para TKI yang sebelumnya bermasalah di Malaysia

- Survei Lembaga Swadaya Masyarakat Transparansi Internasional Indonesia menunjukkan Jakarta adalah kota paling korup di Indonesia


17. Tulislah berita tentang peristiwa yang terjadi, bukan kemungkinan-kemungkinan. Karena itu sedapat mungkin hindari penggunaan kata-kata mungkin, tampaknya, agaknya, tentunya, semestinya, seharusnya, menurut sumber. Kata-kata itu membuat pendengar bertanya-tanya, berita yang Anda siarkan memang terjadi atau akan terjadi, atau fiktif belaka? 


Kehidupan tentunya berjalan normal, dan bagaimana kondisi pendidikan secara keseluruhan di Aceh dari TK hingga perguruan tinggi? 


Berita ini tentang keadaan daerah Aceh dua minggu setelah diserang tsunami. Kalau daerah bencana sudah normal kembali, kata tentunya sama sekali tak berguna. Kalau belum, kata tentunya ganti saja dengan belum. Jika laporan koresponden dari Aceh tidak jelas, Anda harus minta laporan yang jelas. Sebab, tentunya (dan sederet kata yang sudah disebutkan) juga mengandung ketidakpastian: bisa tentunya belum atau tentunya tidak. Pengunaan kata-kata itu mencerminkan penulisnya tidak yakin tentang berita yang ditulisnya. Bagaimana kalau penggunaan kata-kata itu sekadar gaya penulisan? Boleh saja, tapi itu gaya yang mubazir. Anda menulis berita, bukan menyampaikan

harapan, bukan ramalan.


18. Buat kalimat Anda dalam bentuk positif. Cobalah menghindari kata-kata bukan, tidak, belum pada kalimat pembuka. Kata-kata ini melemahkan berita yang Anda sampaikan. “Tim pencari fakta belum menemukan titik terang.” Kalau belum, mengapa Anda beritakan? Lebih baik kalimat negatif ini diubah menjadi positif, misalnya, “Tim pencari fakta terus berupaya keras menemukan titik terang.” Biar belum bagus benar, kalimat kedua ini lebih baik daripada yang pertama. Bila bahan memungkinkan, langsung saja diceritakan upaya tim pencari

fakta untuk mencari titik terang itu.


19. Memulai tulisan dengan kalimat positif juga berarti menghindari pengunaan kalimat tanya. Menggunakan kalimat tanya termasuk cara termudah untuk mulai menulis. Tapi ingatlah tugas Anda bukan bertanya, melainkan menyampaikan berita. Jarang sekali kalimat tanya menjadi pembuka yang baik. 


Apa yang pantas dilakukan seseorang terhadap saudara yang tengah menderita? Membantu dengan apa yang ia bisa lakukan.


Andai Anda terpaksa menggunakan kalimat tanya sebagai pembuka, jawaban haruslah diberikan segera, pada kalimat sedekat mungkin dengan kalimat pembuka. Kalimat contoh tersebut memberikan jawaban sangat segera, namun belum menceritakan bantuan yang dilakukan. Lebih baik langsung menceritakan yang dilakukan “seseorang” itu “terhadap Saudaranya.”


20.Gunakan kata ganti sesuai dengan yang digantikanUmumnya kita tak mengalami kesulitan untuk mengganti orang pertama tunggal (aku), orang pertama jamak (kami), kata ganti yang melibatkan orang pertama dan kedua (kita), kata ganti orang kedua tunggal (kamu) dan jamak (kalian/kamu sekalian), kata ganti orang ketiga tunggal (dia) dan jamak (mereka). Namun untuk kata ganti yang bukan orang hewan

atau benda-benda sulit. Untuk mudahnya, banyak penulis menyamakan kata ganti orang dan kata ganti untuk bukan orang. “Ada sekitar 71 rumah, mereka tertimbun sekitar 2,5 juta ton sampah setinggi 20 meter.”


Bila berita ini ada di media cetak, pembaca bisa langsung mengerti bahwa “mereka” menggantikan “sekitar 71 rumah.” Pendengar radio bisa salah tangkap, mengira selain rumah juga ada banyak orang (mereka) tertimbun sampah. Selain itu, kata ganti mereka untuk bukan orang seharusnya dihindari. Kata ganti orang harus dihormati bukan karena orang makhluk tertinggi di dunia, melainkan agar ia, mereka, kalian jelas mewakili siapa.


Contoh kalimat tersebut bukan contoh yang baik, karena sebenarya kalimat itu tak memerlukan kata ganti, cukup: “Ada sekitar 71 rumah, tertimbun sekitar 2,5 juta ton sampah setinggi 20 meter.” Bila terpaksa mengulang subyek yang bukan orang, ulangi saja kata itu. “Lantai perpustakaan di tingkat dua melengkung karena terlalu banyak buku. Mereka akan dipindahkan ke lantai bawah.” Agar pendengar tak menduga bahwa yang akan dipindahkan adalah karyawan perpustakaan, lebih baik kalimat kedua diubah: “Buku-buku itu akan dipindahkan

ke lantai bawah.”


21. Letakkan kata atau kata-kata yang ingin Anda tekankan pada awal kalimat. Karena itu di awal kalimat gunakan kata atau kata-kata yang kuat, dan relevan dengan isi berita. Kata-kata awal yang lemah membuat pendengar kurang tertarik mengikuti berita seterusnya. Bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris dalam meletakkan kata penting yang perlu ditekankan. Bahasa Inggris

meletakkan kata itu di akhir kalimat.


- Matters went from bad to worse between United States and Libya today.

- Relations between Unites States and Libya have gone from bad to worse.


Kalimat pertama menekankan hubungan antara Amerika Serikat dan Libya, yang kedua tentang memburuknya hubungan. Kalimat pertama kurang menarik perhatian karena hubungan AS dan Libya bukan berita baru. Kalimat kedua lebih menarik, memberitakan hubungan yang makin buruk. Tapi dalam bahasa Indonesia, sebaliknya, yang di depan yang penting.


- Memburuk, hubungan antara Amerika Serikat dan Libya.

- Hubungan antara Amerika Serikat dan Libya memburuk.


Kalimat pertama lebih kuat, lebih mengundang perhatian pendengar. Terdengar berita dari sebuah stasiun radio:


Kenaikan tarif di angkutan penyeberangan di 14 titik lintas penyeberangan disambut aksi mogok oleh para sopir bus.


Kalimat itu akan lebih berkesan bila menekankan pemogokan dan bukan kenaikan tarif yang mestinya sudah diketahui pendengar sebelumnya. 


Para sopir bus mogok, menyambut kenaikan tarif angkutan penyeberangan di 14 titik lintas.


Adakalanya meletakkan yang penting di depan harus melanggar kaidah yang lain, misalnya harus menggunakan kalimat

negatif. (Lihat nomor 18). Misalnya, kalimat ini :


- Seorang demonstran melempari presiden dengan tomat busuk.

- Presiden dilempari tomat busuk oleh seorang demonstran.


Demonstran melakukan hal yang aneh-aneh, itu biasa. Tapi itu seorang presiden dilempari tomat jarang terjadi, karena itu lebih penting ditekankan dalam pemberitaan, meski harus disampaikan dalam kalimat negatif.


22. Gunakan singkatan dan akronim—secara hati-hatiSingkatan dan akronim bersifat percakapan dan menghemat waktu bila singkatan atau akronim itu sudah populer. Penyebutan singkatan jenis sekolah sudah sangat umum: SD, SMP, SMU atau SMA, SMK. Juga nama departemen, misalnya dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan disingkat dengan sangat baik: Departemen P & K. Kemudian datang usul yang diterima bulat-bulat oleh pemerintah: singkatan nama departemen disesuaikan dengan singkatan dalam militer. Maka akrab

atau tak akrab, membingungkan atau tidak, media massa pun ramai-ramai mengikutinya. Muncullah Depdiknas (Departemen

Pendidikan Nasional); Deplu (Departeman Luar Negeri); Depdagri (Departemen Dalam Negeri), Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah), dan banyak lagi. Juga, Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia); Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tagerang, Bekasi).


Fungsi media massa antara lain sebagai penyebar informasi yang akurat dan jernih. Karena itu lebih informatif menyebutkan

lengkap Departemen Pertahanan daripada Dephan. Atau bila dalam satu berita nama departemen yang panjang harus disebutkan seringkali, sebut saja selengkapnya pada penyebutan pertama, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, misalnya, selanjutnya cukup Departemen Hukum. Juga untuk Komnas HAM, bisa disingkat menjadi Komisi itu, atau lebih panjang sedikit, Komisi Hak Asasi Manusia itu. Jadi, meringkaslah pada tempatnya, dan kalau perlu memperpanjang pada tempatnya pula. Memang, memanjangkan singkatan tak sesuai

dengan semboyan “lebih ringkas”, namun pas dengan semboyan “lebih tajam”.


23. Hemat kata-kata, buang yang tidak perlu. Baca kembali naskah Anda, mungkin Anda menandai beberapa kata yang bisa dihilangkan. Dan lihatlah, setelah beberapa kata dihilangkan kalimat tetap lengkap tanpa mengubah arti, malah lebih tajam dan kuat. Alhasil, semakin sedikit kata yang Anda gunakan untuk mengatakan satu berita, semakin jelas dan lebih kuat berita tersebut.


Tsunami berlalu, meninggalkan setumpuk masalah. Upaya evakuasi korban, pembersihan puing-puing, dan penanganan pengungsi

terus dilakukan. Tapi di samping tiga hal itu, pemerintah harus memikirkan bagaimana nasib mereka yang kini menganggur. Upaya membuka lapangan kerja yang paling mungkin dilakukan kini, adalah lewat program-program padat karya.


Bandingkan dengan ini:


Tsunami meninggalkan setumpuk masalah buat pemerintah: penyelamatan korban, pembersihan puing, penanganan pengungsi.

Pemerintah juga harus memikirkan mereka yang kini menganggur dengan membuka lapangan kerja padat karya.


Satu alinea dengan empat kalimat disunting menjadi hanya dua kalimat, dan terasa hasilnya lebih tajam dan kuat. Yang perlu Anda lakukan hanyalah membaca tulisan Anda sekali lagi sambil memelototi kata-kata yang bisa dihapuskan tanpa mengubah arti kalimat.


Sebuah anekdot tentang kata atau kalimat mubazir dilontarkan oleh seorang penulis Inggris, Harold Evans, dalam bukunya, Newsman’s

English. Begini terjemahan bebasnya. Seorang penjual ikan di London memasang tulisan di papan: IKAN SEGAR DIJUAL DI SINI. Seorang teman membujuknya agar menghapus kata SEGAR, karena ia tidak diharapkan menjual ikan yang tidak segar. Sesudah itu, kata DI SINI pun diusulkan dihilangkan karena jelas-jelas ia menjual ikan di tokonya. Lalu kata DIJUAL, perlukah itu, tanya si teman. Bukankah ia tak

hendak menggratiskan ikan-ikannya? Akhirnya kata itu dihapus pula. Tinggallah kata IKAN . Kemudian teman itu beranjak dari toko tersebut. Tapi 10 detik kemudian teman itu sudah berada di toko itu lagi, dan mengusulkan kata IKAN pun dihapus. Katanya: “Dari jauh bau ikan sudah menyengat, tak perlu orang diberitahu bahwa kau jualan ikan.”


24. Tulis hanya poin utama saja, buang hal-hal sepele. Ini masih berkaitan dengan nomor 23, dari sisi lain. Penulis yang “terikat” dengan naskah hasil riset dan atau laporan reporter biasanya menulis panjang lebar. Salah satu alasannya, untuk apa capai-capai mengumpulkan bahan bila tak banyak dikutip. Tapi kita menulis bukan untuk periset, bukan pula untuk rekan reporter yang mungkin menghabiskan dua hari mengejar sumber. Kita menulis untuk pendengar, dan pendengar tidak tahu atau tidak peduli dengan bahan yag panjang lebar. Pendengar

ingin mendapatkan informasi yang jelas, ringkas, menarik.


25. Jangan membebek pada naskah sumber. Berita radio ada kalanya mengandalkan berita dari kantor berita atau surat kabar atau berita di internet. Bila sumber-sumber berita itu ditulis dengan bagus, cekatan, dan jenaka, seringkali kita pinjam kata dan gaya sumber. Ini harus dihindari. Jika kita meminjam kata dan gaya tersebut, akan ada saja pendengar yang ingat pada sumber kita, dan jatuhlah nama stasiun radio kita atau sedikitnya nama kita.


Kita harus menuliskan kembali berita itu dalam kata dan gaya kita sendiri. Mungkin, ada sejumlah istilah dan deskripsi yang sulit diubah dalam berita dari sumber itu. Bagaimanapun kita harus menceritakan kembali dengan istilah dan cara kita sendiri dalam menggambarkan

sesuatu. Ini juga untuk menghindari tuduhan bahwa kita menjiplak.


26. Tempatkan elemen waktu, jika Anda membutuhkannya, setelah kata kerja. Pendengar yang mendengarkan berita Anda mempunyai

alasan kuat untuk percaya bahwa seluruh berita Anda adalah berita hari ini, bukan berita kemarin, bukan besok. Karena itu, seperti sudah ditulis di bagian lain, berita kemarin mesti diubah sudut pandangnya agar kata kemarin tak harus digunakan, dan berita bisa disampaikan sebagai berita hari ini. 


Hingga pagi ini, masih belum diketahui dengan pasti keberadaan dua wartawan TV yang disandera.


Jika ini berita pertama dalam kasus penyanderaan wartawan itu, keterangan waktu mungkin tak perlu. Bila berita ini merupakan berita lanjutan, keterangan waktu diperlukan untuk menekankan sudah berapa lama penyanderaan berlangsung. Namun sebaiknya keterangan waktu digeser ke belakang kata disandera, dan akan lebih baik lagi bila ditambahkan sudah berapa lama mereka disandera hingga pagi ini itu. Yang penting dari berita ini, nasib dua wartawan itu belum diketahui.


27. Tulislah yang Anda ketahui, tinggalkan bila Anda meragukan sebuah informasi. Sesaat sebelum mengudara, bila kita menangani begitu banyak naskah, mungkin kita tidak bisa menemukan jawaban semua masalah: bahan sumber yang tak jelas, kalimat yang artinya mendua, data yang tidak konsisten, dan lain sebagainya. Penting diingat, dalam keadaan seperti itu jangan berasumsi, jangan berspekulasi, jangan main tebak-tebakan. Kita hanya percaya pada fakta. Apalagi bila ketidakjelasan itu adalah selembar keterangan pers, Anda harus lebih hati-hati. Keterangan pers ditulis oleh orang yang tidak bekerja untuk kita, dan keterangan itu ditulis untuk kepentingan institusi mereka, bukan kepentingan publik. Kadang, kepentingan mereka dan kita bertemu, dan kita menemukan rilis mereka bermanfaat. Tetapi rilis itu mungkin akurat mungkin tidak, mungkin lengkap mungkin tidak, mungkin sudah imbang sebagai berita, meliput dua pihak, mungkin belum.


Jika Anda terpaksa menggunakan keterangan pers, pastikan bahwa itu bukan berita bohong. Jika Anda tak keburu melakukan pencekan, tulislah berita itu dan mengaitkannya dengan nama yang disebut dalam keterangan tersebut. Sastrawan besar Hemingway pernah berujar, kemampuan paling berharga seorang penulis, “membangun mesin pendeteksi kebohongan yang tahan banting.” Sumber masalah lainnya ialah informasi lewat telepon, dan informasi itu terdengar sangat menarik dan penting. Bila ini terjadi, dengarkan saja baik-baik kata-kata penelepon itu, bertanyalah dan perlakukan setiap informasi yang disampaikan lewat telepon tersebut sebagai berita berharga yang potensial.

Begitu Anda menutup telepon, jangan langsung menulis. Periksa dulu semua yang Anda catat dari penelepon tadi, dan kalau perlu langsung hubungi sumber lain untuk mengonfirmasi cerita yang Anda peroleh itu


Sebagai wartawan yang harus mendengar dari sana dan sini, bahkan ibarat informasi datang dari Iblis pun perlu didengarkan. Begitu Anda mengonfirmasi berita dari Iblis itu dan ternyata benar, berita tersebut milik Anda. Silakan menuliskannya untuk pendengar.


28. Jangan membuat pertanyaan tanpa jawaban. Ini berkaitan erat dengan nomor 19. Bila kita tak tahu kapan, misalnya, pembunuh Munir akan terungkapkan, sangat tidak dianjurkan membuat kalimat pembuka seperti ini: “Kapan pembunuh Munir terungkapkan?” Anda tak bisa menjawabnya. Bahkan bila kalimat tanya tersebut dimaksudkan untuk menyindir pihak-pihak yang berkewajiban mengungkapkan siapa si pembunuh, jangan memakai kalimat tersebut. Lebih baik mencari kalimat lain, misalnya, “Usaha tim pencari fakta kasus pembunuhan

Munir sudah maksimal, laporan sudah diserahkan ke presiden, tapi pemerintah tak kunjung menindaklanjutinya."


Sehubungan dengan kalimat tanya tak berjawab, dianjurkan untuk tidak menyelipkan fakta yang masih harus dijelaskan. “Tak seorang pun di kantor itu bisa memberi tahu alamat korban.” Ini hanya menunjukkan bahwa Anda (dan tim Anda) kurang keras bekerja. Dan seandainya Anda dan tim sudah bekerja mati-matian, ini pun tak perlu diberitahukan kepada pendengar siapa percaya? Lebih baik memberitakan dengan

sudut pandang lain hingga soal alamat korban bisa menunggu di berita selanjutnya.


29 Baca naskah Anda keras-keras; jika naskah itu terdengar seperti untuk berita surat kabar, tulis ulang. Yang harus diperhitungkan

dari naskah Anda bukan yang terlihat pada tulisan melainkan bagaimana naskah itu terdengar. Jika kedengarannya tidak seperti bahasa percakapan, melainkan lebih sebagai naskah untuk dicetak di surat kabar dan dibaca, tulis kembali.


30. Seringlah menulis ulang tulisan sendiri. Inilah cara belajar menemukan kesalahan dalam tulisan Anda dan memperbaikinya.

Periksa semua nama, tanggal, jumlah, fakta-fakta: benarkah demikian? Setelah ada jarak waktu, Anda bisa menjadi pendengar yang baik untuk naskah Anda sendiri, dan melakukan otokritik. Apakah tulisan Anda jelas dan tidak kusut? Apakah kata-kata yang Anda gunakan tepat dan tidak mubazir? Dan dalam susunan yang benar? Dan apakah kata-kata itu mudah didengarkan?


Juga, apakah setiap informasi benar? Akurasi amat penting. Sebuah kantor berita bersemboyan begini: “Get it first, but first get it right.” Jadilah yang pertama mendapatkan berita, tapi pertama-tama dapatkan berita yang benar. Itulah semboyan situs tempointeraktif, “Be the first, but first get the truth.” Jadilah yang pertama, tapi pertama-tama dapatkan berita yang benar.


Manfaat menulis ulang diceritakan dalam wawancara George Plimpton dengan sastrawan Amerika Hemingway untuk Paris Review:


P: Berapa banyak penulisan kembali yang Anda lakukan?

H: Tergantung. Saya menulis kembali bagian akhir Farewell to Arms, halaman terakhirnya, 39 kali sebelum saya akhirnya puas.

P: Apakah ada masalah teknis? Apa yang membuat Anda menulis kembali naskah itu?

H: Untuk menemukan kata-kata yang tepat.


Tetapi kita tidak punya waktu sebanyak yang dimiliki Hemingway. Kita menulis dalam keadaan terburu-buru dan jarang merevisinya pada waktu senggang. Mungkin, setelah sering menuliskan kembali naskah-naskah kita yang sudah disiarkan kita mudah menemukan kata-kata yang tepat, membuat alur tulisan mengalir dengan jelas, dan peka terhadap data dan fakta yang harus dikonfirmasikan.


Penulis yang baik selalu bertanya di dalam hati sehabis menulis sebuah kalimat: “Apa saya tidak salah?” Jadi baca kembali, periksa kembali. Dan jangan lupa, berdoalah agar naskah Anda benar.


Jadi, kira-kira urutan menulis berita radio itu begini. Anda harus membaca bahan dan menyerapnya hingga bahan itu menjadi milik Anda. Membacalah dengan kritis, tandai yang Anda yakini kebenarannya dan penting—yang akan Anda gunakan juga tandai yang meragukan, yang masih perlu konfirmasi. Setelah itu, sempat atau tak sempat melakukan konfirmasi, Anda gunakan semua yang diuraikan di buku ini—seperti pilot melihat daftar yang harus di cek sebelum terbang—sebagai pegangan menulis. Caranya, Anda harus sudah menyerap semua

yang Anda setujui dari buku ini hingga insting Anda bekerja sesuai yang Anda setujui itu. Atau, lupakan semuanya dan menulislah menurut yang Anda anggap terbaik. Yang penting, pertimbangkanlah kritik, dari mana pun datangnya, terutama dari pendengar. 


Selanjutnya IV. Tujuh Kesalahan Pengantar

Baca juga:

Menulis untuk Telinga 1 

Menulis untuk Telinga 2 

Menulis untuk Telinga 3

Menulis untuk Telinga 4

Menulis untuk Telinga 5 

Menulis untuk Telinga 6 

Menulis untuk Telinga 7 

Menulis untuk Telinga 8 

Menulis untuk Telinga 9 

Menulis untuk Telinga 10 

Menulis untuk Telinga 11 

Menulis untuk Telinga 12  

  • Buku Menulis untuk Telinga
  • Mervin Block
  • penerbit KBR68H dan MDLF
  • penyunting Bambang Bujono
  • jurnalisme penyiaran
  • menulisuntuktelinga

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!