DARI POJOK MENTENG

Barry Likumahuwa Bermain Musik dengan Tanggungjawab

"Kalau Anda mendengarkan Yuhu Pagi bersama Soleh Solihun, Fanny Ghassani, Abdur Arsyad dan Astri Ovie tentu merasakan asiknya lagu “Bongkar” dengan rasa funk jazz."

Barry Likumahuwa Bermain Musik dengan Tanggungjawab
Barry Likumahua saat beraksi di Yuhu! Pagi, Selasa (8/3/2016).

Studio Yuhu! pada Selasa (8/3/2016) kehadiran tamu spesial. Pria hitam manis dan penyuka musik jazz. Siapa dia? Bagi pencinta musik, namanya tentu tak asing. Barry Likumahuwa, bassis muda berbakat dengan aliran funk jazz. Pentolan grup band Barry Likumahuwa Project inilah yang menjadi tamu “Seleb on Radio” Yuhu Pagi.

Mengenakan kaos oblong dan celana jeans, pria bernama asli Elseos Jeberani Emanuel Likumahuwa ini, unjuk gigi dengan permainan bassnya menyanyikan lagu “Bongkar,” yang dipopulerkan Iwan Fals. Tentu saja Barry membawakannya dalam versi jazz. Kalau Anda mendengarkan Yuhu Pagi bersama Soleh Solihun, Fanny Ghassani, Abdur Arsyad dan Astri Ovie tentu merasakan asiknya lagu “Bongkar” dengan rasa funk jazz.


Fanny dan Ovie menggoda pria lajang yang pernah mendapat penghargaan Best Bassist Asian Beat Festival Jakarta Final 2003 ini usai ia menuntaskan permainannya “Gue pengen bongkar hati lu dong,“ goda Ovie. Barry pun tertawa dan tersipu malu. Alunan bass yang dimainkan Barry pagi tadi, memang jernih dan fasih, seperti mendengarkan CD nya.  Ini yang membuat Ovie kesengsem dengan bakat Barry.


“Jago banget sih main bass. Sejak usia berapa bisa (memainkan bass-red)?” tanya Soleh Solihun. “Dari umur 11 tahun sudah latihan bass. Bass itu salah satu fondasi di musik. Bass itu punya tanggung jawab yang besar untuk menentukan arah musik. Seperti musik funk dan ska, basic drumnya sama, tapi kalau ada bass, beda musiknya baru berasa. Mungkin karena saya juga orang yang bertanggung jawab ya,” jawabnya sambil bercanda yang disambut dengan tawa empat host lainnya.


Ia menambahkan, meski jazz termasuk musik yang berat, namun karena sejak kecil sudah mendengarkan musik yang digeluti oleh orang tuanya Benny Likumahuwa dan almarhum pamannya Utha Likumahuwa, membuatnya mencintai musik ini. Barry memberikan perumpamaan, musik itu sama halnya seperti bahasa. Di mana seseorang dilahirkan, maka dia akan bisa menggunakan bahasa daerah itu. Begitu pun yang dirasakan pria kelahiran 14 Juni 1983 ini, karena lahir dari keluarga penyuka jazz, maka otomatis ia pun berkecimpung dengan dunia ini.


“Peran bokap (orang tua) sangat luar bisa karena memberikan influence. Dari dulu, di rumah mendengarkan musik dan memutarkan jazz setiap hari enggak berhenti, sampai detik ini. Otomatis itu yang masuk (digeluti-red). Jadi, kalau gue tiba-tiba mainin pop sementara gue gak suka, artinya gue gak jujur. Sementara itu musik itu harus jujur,” ungkapnya.


Selain bercerita soal selera musiknya, pria berdarah Ambon ini juga menyinggung soal peringatan Hari Musik Nasional, yang pada jatuh 9 Maret 2016. Peringatan ini, menurut Barry, tak berarti apa–apa baginya. Karena bagi pencinta Sting dan Jhon Mayer ini, pemerintah belum punya langkah nyata untuk memajukan musik Indonesia.


“Bajakan masih marak, kesetaraan musik juga belum ada. Musik masih dianggap sekedar komoditas hiburan saja. Orang luar banyak yang mengirimkan perwakilan negaranya ke Java Jazz. Misalnya, ada band di India yang di-support ke even itu, tapi pemerintah kita belum kayak gitu,“ ujarnya kecewa.


Barry menutup obrolan ringkas bergizi di Yuhu Pagi dengan membawakan lagu Utha Likumahua, Esok Masih Ada. Alunan bassnya tentu saja, tidak mengecewakan, tapi sangat Yuhu! 

 

 

 

Editor : Vivi Zabkie

 

  • Musik jazz
  • Funk jazz
  • Yuhu Pagi
  • Benny Likumahua
  • barry Likumahuwa
  • Barry Likumahuwa Project

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!