BERITA

Pasca Sanksi FIFA, Indonesia Terancam Krisis Pelatih Berlisensi

Pasca Sanksi FIFA, Indonesia Terancam Krisis Pelatih Berlisensi

KBR, Jakarta- Indonesia terancam krisis pelatih sepakbola berlisensi FIFA dan AFC, pasca jatuhnya sanksi oleh Federasi Sepakbola Dunia untuk PSSI. Padahal, menurut pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan, saat ini jumlah sekolah sepakbola di tanah air tak sebanding dengan jumlah pelatih yang ada. Selain itu menurut dia, pengetahuan kepelatihan sepakbola saat ini merupakan salah satu masalah besar dalam perkembangan sepakbola. Dengan sanksi FIFA ini kata dia, akan membuat banyak pelatih urung mendapat lisensi.

"Dan dua gelombang itu satu gelombang minimal atau maksimal hanya boleh 25. Dan itu kalau satu tahun, maka kesempatan kita itu akan kehilangan berapa calon pelatih yang bisa menghandle seluruh sekolah sepakbola yang jumlahnya luar biasa banyak. Ada hal lain yang lebih penting di samping faktor itu tadi, adalah perbaikan insfratruktur. Kita selama ini pemain muda kita dipaksa berlatih pada satu kondisi lapangan yang jujur tidak ideal untuk mereka latihan," kata Rahmad Darmawan kepada KBR, Senin (1/6/2015)


Bekas pelatih Sriwijaya FC ini menolak anggapan sejumlah pihak yang menilai sanksi FIFA akan membuat sepakbola Indonesia menjadi lebih baik.


Sebelumnya, Federasi sepakbola dunia FIFA menjatuhkan sanksi kepada federasi sepak bola Indonesia PSSI. Hukuman itu berupa isolasi terhadap aktivitas internasional, termasuk di kompetisi FIFA dan AFC, baik untuk timnas dan klub.

Dalam rapat darurat FIFA, PSSI dinyatakan melanggar pasal 13 dan 17 Statuta FIFA. Kedua pasal tersebut menjelaskan soal intervensi pihak ketiga, dalam hal ini Pemerintah terhadap organisasi sepak bola.

Editor: Malika

  • FIFA
  • Krisis
  • Pelatih
  • Berlisensi
  • PSSI
  • Sepak Bola
  • Sanksi FIFA

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!