BERITA

Gubernur Jateng Sarankan Perajin Batik Buat Motif Kanguru, Kiwi hingga Kincir Angin

Gubernur Jateng Sarankan Perajin Batik Buat Motif Kanguru, Kiwi hingga Kincir Angin

KBR, Banyumas – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengklaim Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi luar biasa sebagai daerah batik di Indonesia. Pemerintah Provinsi pun mendorong agar batik khas daerah bisa menjadi komoditas ekspor bernilai jual tinggi.

Namun, ia menganjurkan agar batik berkiblat pada hukum pasar. Dia mengusulkan agar motif batik yang akan diekspor disesuaikan pada kekhasan dari negara tujuan. 

Ganjar mencontohkan jika batik akan diekspor ke Australia, maka perajin bisa mengedepankan motif binatang khas negara itu seperti Kanguru atau Kiwi, burung khas Selandia Baru. Begitu pula, saat batik akan diekspor ke Belanda, maka perajin bisa membuat motif kincir angin.

Ganjar optimistis Jawa Tengah bisa menjadi produsen batik ekspor. Ia beralasan, menilik potensinya, Jawa Tengah memiliki berbagai daerah yang memiliki kekhasan sendiri di sisi desain dan motif batik.

Salah satu daerah khas Batik yang disinggung Gubernur Ganjar antara lain Blora, yang memiliki desain khas barongan. Apalagi, saat ini di Blora muncul motif baru berupa motif kayu jati, disesuaikan dengan potensi Blora sebagai daerah penghasil kayu jati.

Selain itu, Lasem juga dikenal dengan batik klasik. Begitu pula Banyumas yang memiliki ciri khas wana gelap dengan motif tegas dan mencolok yang melambangkan budayanya yang terbuka, atau cablaka.

Gubernur Ganjar menganjurkan agar seniman batik menyandarkan desainnya pada kesukaan sebuah negara tujuan ekspor. Sebab, antara satu negara dengan yang lain berbeda selera.

"Kalau kita bicara potensi batik Jawa Tengah itu saya bilang, ‘nggilani’. Artinya apa, banyak corak, banyak kuantitas, banyak kualitas, yang gradasinya banyak. Dari corak yang sederhana hingga yang paling rumit. Dari harga yang paling murah hingga yang paling mahal sekali. Dari model katun, model sutera, atau keduanya. Dari sisi desain, sudahlah kita tidak kalah. Kalau ekspor kita memang harus costumer oriented. Karena tidak semuanya suka batik. Kita harus tanya, batikmu yang paling suka apa?" kata Ganjar Pranowo, di Banyumas, Senin (2/9/2017).

Ganjar mengatakan daerah-daerah di Jawa Tengah perlu merespon industri kerajinan batik yang tengah naik daun. Ia mengatakan perajin di daerah telah melahirkan berbagai motif yang disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Mulai dari motif setingkat kabupaten, desain batik itu lantas diturunkan lagi ke tingkat desa. 

"Itu sebabnya banyak desa-desa yang melahirkan motif batik yang disesuaikan dengan latar belakang sejarah dan potensi daerahnya," kata Ganjar.

Ganjar menambahkan, kekayaan motif batik khas Jawa Tengah tak terhingga. Karena itu dia mendorong agar para seniman batik terus mengembangkan seni batik agar menjadi kekayaan Indonesia dan bisa menjadi souvenir wisata.

Badan PBB untuk Kebudayaan UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia pada 2 Oktober 2009. 

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/10-2016/jogja_batik_biennale_2016__pengakuan_sebagai_kota_batik_dunia/85868.html">Jogja Batik Biennale 2016, Pengakuan Sebagai Kota Batik Dunia</a>  &nbsp;</b><br>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/10-2014/keluh_kesah_pembatik_di_hari_batik_nasional/58650.html">Keluh Kesah Pembatik di Hari Batik Nasional</a>  &nbsp;</b><br>
    

Editor: Agus Luqman 

  • Hari Batik Nasional
  • kerajinan batik
  • batik warisan budaya
  • batik UNESCO
  • ekspor batik
  • batik warisan dunia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!