BERITA

Sisa Mortir Perang Dunia II, Ditenggelamkan di Selat Bali

"Ada 4 mortir yang ditenggelamkan"

Hermawan Arifianto

Sisa Mortir Perang Dunia II, Ditenggelamkan di Selat Bali
Penenggelaman amunisi zaman perang dunia ke II di Selat Bali (Foto: Hermawan/KBR)



KBR, Banyuwangi- Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Banyuwangi Jawa Timur, memusnahkan 4 amunisi bahan peledak peninggalan masa perang dunia kedua yang ditemukan di sekitar Pantai Boom Banyuwangi. Pemusnahan 4 amunisi itu dengan cara ditenggelamkan ditengah laut di perairan Selat Bali.

Menurut  Komandan Lanal Banyuwangi  Wahyu Endriawan, 4 amunisi tersebut terdiri dari 2 mortir berukuran panjang 1 meter dengan diameter 15 cm dan 2 proyektil berukuran 30 cm dengan diameter 100 mm. Keempat amunisi tersebut ditemukan tak bersamaan.


‎Wahyu mengatakan, amunisi ini sengaja ditenggelamkan lantaran sudah sangat berbahaya. Seluruh amunisi tersebut berkarat dan tak terdeteksi tahun berapa pembuatannya. Amunisi zaman penjajahan Belanda itu sengaja ditenggelamkan di lokasi latihan dan penenggelaman bahan peledak Lanal Banyuwangi di perairan Selat Bali.

 

"Jadi kita buang di laut memang di daerah tadi nyang kita buang lokasinya kedalaman 200 meter dan itu merupakan daerah wilayah latihanya TNI AL dan dalam sektor lokasi pembuangan amunisi. Dan amunisi yang sudah tidak layak, sangat ideal untuk dibuang di laut," kata Wahyu Endriawan (27/9/2016).


Komandan Lanal Banyuwangi  Wahyu Endriawan, menambahkan, sampai saat ini di sekitar Pantai Boom Banyuwangi diprediksi masih banyak amunisi atau bahan peledak peninggalan perang dunia kedua. Karena pantai Boom merupakan salah satu tempat strategis pertahanan saat penjajahan Belanda. Karena itu pihaknya  sampai saat ini masih terus menyisir di beberapa lokasi.

Editor: Dimas Rizky

  • mortir
  • Perang dunia II
  • penenggelaman kapal
  • penenggelaman mortir

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!