BERITA

Pengungsi Korban Banjir Cilacap Keluhkan Layanan Kesehatan

"Pengungsi korban banjir Cilacap mengeluhkan layanan kesehatan yang tidak setiap hari digelar"

Muhamad Ridlo Susanto

Pengungsi Korban Banjir Cilacap Keluhkan Layanan Kesehatan
Pengungsi korban banjir Cilacap ditempatkan di Markas Koramil Sidareja. Foto: Muhamad Ridlo/KBR



KBR, Cilacap - Pengungsi korban banjir Cilacap mengeluhkan layanan kesehatan yang tidak setiap hari digelar. Salah satu pengungsi yang ditempatkan di Markas Koramil Sidareja, Sri Utami mengatakan, pada hari ke-6 pasca bencana, petugas kesehatan hanya dua kali datang ke posko. Pertama saat relawan kesehatan dari Muhamadiyah Disaster System (MDMC) dan yang kedua dari pemerintah.

Padahal, kata dia, dua hari terakhir pengungsi sudah mulai terserang penyakit. Seperti gatal-gatal, batuk, pilek dan demam. Batuk dan pilek terutama diderita oleh bayi dan anak-anak.


Kata Utami, obat-obatan juga kurang. Terutama salep gatal-gatal. Sedangkan obat demam, batuk dan pilek tersedia lengkap. Dia juga mengeluh sesaknya ruang pengungsian karena aula Koramil yang hanya berukuran sekira 6x9 meter dipakai oleh 26 keluarga atau sekira 100 jiwa lebih.


"Ya susah tidur, penuh sesak. Ya tidurnya susah namanya pengungsian. Penyakit ya banyak, terutama batuk pilek dan gatal-gatal. Kalau punya duit ya ke dokter, tapi wong nggak punya ya menunggu peninjauan. Petugas kesehatan tidak setiap hari. Seminggu baru dua kali. Yang pertama dari Muhamadiyah, itu saja hanya diberi resep sedangkan obat gatelnya nebus sendiri," kata Sri Utami, Jumat (23/9/2016).


Lebih lanjut Tri Utami mengungkapkan, semenjak banjir tidak bisa lagi mencari nafkah. Usaha pemancingannya terkena banjir dan hingga kini masih terendam. Seluruh ikannya hanyut terbawa air.


Pengungsi lainnya, Susanti mengatakan hingga hari ke-6 mengungsi, hanya suaminya yang sempat menengok kondisi rumahnya di Cibenon Desa Sidareja. Sebab, genangan air tak juga surut. Saat ini ketinggian air di rumahnya mencapai ketinggian 50 centimeter. Sedangkan di pekarangan dan jalan mencapai ketinggian 150 centimeter.


Dua anak Susanti ikut di pengungsian. Salah satunya masih kelas 1 Sekolah Dasar sedangkan lainnya Kelas VII SLTP. Karena sekolah tidak libur, dua anaknya berangkat dan pulang ke pengungsian.


Susanti menambahkan, lantaran hidup di pengungsian, banyak pengungsi yang tidak bisa mencari nafkah. Sebab, mereka tidak bisa mempersiapkan dagangan.


Baca juga: Alasan BPBD Cilacap Evakuasi Paksa Korban Banjir di Sidareja





Editor: Quinawaty 

  • Pengungsi banjir
  • cilacap
  • kekurangan obat
  • layanan kesehatan kurang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!