BERITA

Kekeringan, Warga Jombang Keluhkan Kekurangan Pasokan Air

Kekeringan, Warga Jombang Keluhkan Kekurangan Pasokan Air

KBR, Jombang- Warga di wilayah utara sungai Brantas Jombang, Jawa Timur, mulai resah. Pasalnya, sejak memasuki musim kemarau, warga mulai dilanda kekeringan dan krisis air bersih. Seperti di Desa Marmoyo Kecamatan Kabuh, ratusan warga yang tinggal di kaki pegunungan ini mulai mengeluh karena sumur-sumur mulai mengering.

Kepala Dusun Marmoyo, Sukamto memprediksi, bencana ini akan terus berlangsung dan semakin parah dalam jangka waktu tiga bulan kedepan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kata Sukamto, warga terpaksa memanfaatkan air yang keluar dari kubangan sungai. Warga terpaksa menggunakan air tidak layak konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya akan air.

“Nanti parahnya itu bulan September sampai Oktober. Di sini adanya kan sumur gali, jadi kalau nggak ada hujan, ya nggak ada air. Bantuan dari PDAM untuk masak, kalau untuk mandi itu ya cari di sungai, sungainya itu di belakang rumah itu tapi ya gali, setiap galian belum tentu keluar mata airnya,” tutur Sukamto, Jumat, (10/08).

Ia menambahkan, kekeringan dan krisis air bersih semacam sekarang sudah berlangsung selama puluhan tahun setiap musim kemarau. 

Kata Sukamto, bantuan pasokan air bersih yang diberikan oleh Pemerintah setempat untuk mencukupi kebutuhan warga belum mencukupi. Sebab, kata dia, bantuan sekitar 4000 liter hanya datang tiga kali dalam satu minggu. Itupun harus dibagi untuk sekitar 300 lebih warga di dua dusun, yakni Dusun Randurejo dan Marmoyo.

Warga berharap Pemerintah Kabupaten Jombang segera membuatkan sumur bor, untuk menciptakan sumber air. Sebab, sumur bor yang pernah dibuatkan oleh dinas terkait pada 2012, sudah tidak berfungsi dan mengering.

Editor: Adia Pradana

 

  • musim kemarau
  • kekeringan
  • jombang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!