BERITA

Drum Kayu Buatan Anak Muda Cilacap Tembus Pasar Amerika dan Eropa

""Yang lumayan mahal itu jenis kayu Angsana Keling, harganya mencapai 1.500 dolar AS. Pembelinya rata-rata dari Hongkong, Singapura, Kanada, Italia, di Eropa, Jerman, Italia.""

Muhamad Ridlo Susanto

Drum Kayu Buatan Anak Muda Cilacap Tembus Pasar Amerika dan Eropa
Bahtiar Zulham dan drum buatannya. (Foto: KBR/Muh Ridlo Susanto)

KBR, Cilacap – Alat musik drum yang terbuat dari kayu solid atau kayu utuh produksi rumahan Cilacap diminati pasar Amerika dan Eropa. Saat ini drum kayu utuh buatan tangan (hand made) 'Made in Cilacap' sudah menyebar ke tujuh negara.

Sang pembuat, Bahtiar Zulham (24 tahun) mengatakan, selain Amerika Serikat, tercatat ada puluhan konsumen di enam negara lain di Eropa dan Asia yang sudah membeli drum kayu utuh yang diproduksinya. Enam negara tersebut adalah Jerman, Inggris, Spanyol Prancis, dan Irlandia di Eropa.


Di Asia, tercatat ada dua negara yang konsumennya menggunakan drum buatannya, yakni Singapura dan Hongkong.


Dari beberapa negara tersebut, Amerika dan Jerman adalah pelanggan produk Bachtiar yang terbesar. Di Amerika, separuh dari 52 negara bagian sudah mengoleksi snare drumnya. Konsumennya tersebar dari California, Arkansas, Texas, hingga Ohio.


Bahtiar menjelaskan, hampir seluruh konsumennya tak membeli dalam bentuk satu set lengkap drum buatannya yang bermerek Y&T, melainkan satu item perangkat drum. Terbanyak adalah pemesanan snare drum (drum perkusi). Dia menyebut snare drum itu banyak dibeli oleh kolektor.


Bahtiar menjelaskan, satu snare drum rata-rata dijual dengan harga 750 dolar AS (Rp10 juta) untuk jenis kayu mahoni. Namun, untuk drum ukuran 7 inchi yang dibuat dari kayu lain, harganya berbeda. Paling mahal adalah snare drum kayu angsana keling yang mencapai 1200 dolar AS (Rp16 juta) per item.


Untuk paket penjualan, satu set drum kayu mahoni dijual dengan harga termurah 5.000 dolar AS (Rp66 juta). Sementara, untuk kelas kayu diatasnya, seperti kayu jati dan angsana keling, mencapai 12 ribu dolar AS (Rp160 juta).


"Tergantung dari jenis kayu. Kalau untuk pasar lokal, harganya sekitar Rp7,5 juta. Ada juga yang 900 dolar AS atau sekitar Rp9 juta-an untuk jati. Kalau untuk ukuran 7 inchi ke atas itu harganya beda lagi. Penambahan sekitar 50 dolar AS per inchi. Yang lumayan itu Angsana Keling, harganya mencapai 1.500 dolar AS. Pembelinya rata-rata dari Hongkong, Singapura, Kanada, Italia, di Eropa, Jerman, Italia," kata pria kelahiran 1994 itu, Jumat (18/8/2017).


Bahtiar menjelaskan, saat ini konsumen terbesarnya justru berasal dari luar negeri. Sedangkan pasar dalam negeri masih sepi peminat. Dia menyebut, penyebabnya adalah harga yang masih terlalu tinggi untuk pasar dalam negeri.


Namun, dia pun mengakui belum mendaftarkan merk dan ijin usahanya, apalagi ijin ekspor. Itu sebab, dia tak bisa memproduksinya dalam skala besar, meski kesempatan untuk itu ada. Dia mengaku terkendala prosedur perijinan yang rumit dan besarnya biaya untuk perijinan.


Saat ini Bahtiar mengatakan drum buatannya masih dalam produksi skala terbatas, sehingga pengirimannya masih untuk pelanggan perorangan. Itu sebab, pengiriman tak pernah terkendala. Namun, dia pun berharap agar pemerintah membantu industri kreatif yang banyak dilakukan anak muda di berbagai sektor.


Selain kendala produksi, Bahtiar juga mengaku terkendala bahan baku yang minim. Kayu-kayu tertentu, seperti meranti, merbau dan angsana keling usia tua, hanya bisa diperoleh dari luar Jawa. Sementara, biaya untuk mengirim bahan baku amat mahal.


Editor: Agus Luqman 

  • cilacap
  • industri kreatif
  • produksi rumahan
  • ekonomi kreatif
  • anak muda kreatif
  • produksi dalam negeri
  • Made In Indonesia
  • pasar ekspor
  • tembus pasar luar negeri

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!