BERITA

Tak Capai Target, Bulog NTT Datangkan Beras Dari Luar Daerah

Tak Capai Target, Bulog NTT Datangkan Beras Dari Luar Daerah



KBR, Kupang- Badan Urusan Logistik (Bulog) Nusa Tenggara Timur bakal mendatangkan beras dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan warga di daerah itu. Kepala Bulog NTT, Sugeng Rahayu mengatakan, kebijakan itu harus ditempuh karena  daerah-daerah di NTT tidak mampu memenuhi permintaan Bulog. Dia mengatakan Bulog NTT akan mendatangkan beras dari Jawa Timur, NTB, Sulsel dan DKI. Sedangkan dari Jawa Tengah, masih terkendala angkutan.

"Stoknya mencukupi, yakni (dari daerah) Jawa Timur, NTB, Sulsel sama DKI. Dari Jawa Tengah bisa, tapi rute kapalnya kadang-kadang sulit. Trayek angkutannya yang kadang-kadang tidak terbiasa sehingga ragu-ragu. Kan gitu ya. Jadi biasanya kita selain daerah juga ada kesiapan angkutan yang sudah lebih mudah," katanya kepada wartawan Senin (29/08/2016).


"Untuk daerah-daerah yang kemarin belum ada realisasi pengadaan, bagaimana upaya kita untuk bisa membeli gabah atau beras petani. Karena berdasarkan evaluasi semester satu kemarin, langkah-langkah yang akan kita lakukan di smester kedua, sehingga hasilnya akan lebih baik," tambahnya.


Sugeng Rahayu menambahkan, pada semester pertama tahun ini, petani di NTT hanya mampu memenuhi permintaan Bulog 1.734 ton gabah, dari kesepakatan 115 ribu ton pertahun. Ini karena gagal tanam dan gagal panen.


Dia mengatakan, meski pasokan beras dari para petani NTT berkurang, namun stok beras di masih cukup tersedia dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat NTT.  Stok beras itu tersedia di sejumlah gudang milik Bulog di berbagai wilayah di NTT.


Dia mengatakan jika pemerintah daerah membutuhkan operasi pasar untuk mengendalikan harga beras, Bulog siap laksanakan.

Editor: Dimas Rizky

  • bulog NTT
  • beras NTT
  • Gagal panen

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!