BERITA

Dampak La Nina, Seribu Hektar Tanaman Tembakau di Jombang Mati

"Kerugian mencapai miliaran rupiah."

Muji Lestari

Dampak La Nina, Seribu Hektar Tanaman Tembakau di Jombang Mati
Dampak La Nina. Tanaman tembakau di Kecamatan Kabuh, Jombang yang layu dan mati akibat kerap diguyur hujan. (Foto: Muji Lestari/KBR)



KBR, Jombang- La Nina menyebabkan sekitar seribu hektar tanaman tembakau di Jombang, Jawa Timur, gagal panen. Salah satunya berada di Desa Banjardowo Kecamatan Kabuh, tanaman tembakau yang seharusnya siap panen bulan September mendatang harus layu dan mati akibat hujan yang kerap melanda wilayah tersebut dalam beberapa minggu terakhir.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Ilham Hero Kuncoro, mengatakan,  matinya tembakau ini disebabkan oleh banyaknya curah hujan saat musim kemarau ini sehingga menyebabkan akar tembakau membusuk.


Dari sekitar 4500 hektar lahan tembakau yang membentang di kabupaten Jombang, seribu hektar diantaranya dipastikan gagal panen akibat tergenang dan kurangnya saluran pembuangan air.


"Untuk tahun ini kan kemarau basah artinya kemarau tapi masih ada hujan, ini tidak sesuai dengan karakter tanaman tembakau yang tidak banyak membutuhkan air bahwan menggenang, itu yang membuat tanaman tembakau tidak tahan sehingga ada yang mati," kata Ilham Hero, Jumat (12/08/16).


Kabupaten Jombang sendiri merupakan salah satu penyuplai tembakau terebesar di Jawa Timur. lahan tembakau itu tersebar di lima Kecamatan diantaranya Kabuh, Ploso, Kudu, Ngusikan dan Kecamatan Plandaan.


Dengan cuaca ekstrim ini, maka dipastikan petani bakal menderita kerugian hingga miliaran rupiah. Pasalnya satu hektar lahan tembakau yang  biasanya mampu menghasilkan 14 ton atau senilai Rp 56 juta dengan asumsi harga Rp 4 ribu per kilogram kering, kini harus melayang.

Editor: Dimas Rizky

  • El Nina
  • tanaman tembakau gagal panen
  • cuaca

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!