BERITA

500 Telur Penyu Sisik dan Lekang di Kawasan Konservasi Batu Kumbang Gagal Menetas

500 Telur Penyu Sisik dan Lekang di Kawasan Konservasi Batu Kumbang Gagal Menetas
Ratusan telur penyu gagal menetas. Foto: Evi Tarmizi/KBR.



KBR, Bengkulu - Sebanyak 500 telur penyu Sisik dan Lekang gagal menetas lantaran kotak penetasan di lokasi penangkaran penyu kelompok pencinta alam Batu Kumbang, Desa Pulau Baru, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, tak memadai.

Kata Edi, ketua kelompok, kotak penetasan itu mudah dimasuki semut merah. Dia juga mengatakan, dari enam kotak tempat penetasan telur penyu periode ke dua, semuanya gagal menetas. Tak hanya akibat diserang semut merah, tapi juga dikarenakan tak sempurnanya kotak yang mana rentan terhadap faktor alam dan hama.


“Kegagalan ini bisa kami buat sebagai pengalaman untuk ke depan harapan kami bukan seperti ini tapi terus berlanjut bagaimana caranya supaya kegagalan ini jangan terulang kembali. Harapannya ke depan untuk dinas terkait agar dapat memperhatikan dan membantu kami terutama tempat penetasan supaya tidak terjadi hal – hal semacam ini lagi," kata Edi kepada KBR, Jumat (12/08/2016).


Edi juga menyebut, proses pengeraman telur penyu itu dilakukan sejak Maret 2016.


Ia menambahkan, pada periode pertama pengeraman telur penyu, hanya lahir sekitar 70 anak tukik. Puluhan tukik itu kini masih dirawat kelompok pencinta alam Batu Kumbang dan selanjutnya akan dilepasliarkan ke habitatnya.


Edi berhadap pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu bisa secepatnya memberikan bantuan kotak penetasan serta rumah penetasan telur penyu supaya  telur penyu bisa ditetaskan. Dengan begitu kematian penyu bisa di atasi serta kelestarian penyu bisa terus dijaga.






Editor: Quinawaty 

  • telur penyu
  • gagal menetas
  • kelompok pencinta alam Batu Kumbang
  • Desa Pulau Baru

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!