BERITA

Korban Banjir dan Longsor Jateng Bertambah

"BNPB memprediksi jumlah kerugian mencapai ratusan miliar Rupiah"

Ria Apriyani

Korban Banjir dan Longsor Jateng Bertambah
Pengungsi korban banjir masih bertahan tinggal di tenda-tenda pengungsian di dekat tanggul Bengawan Solo, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (20/6). Foto ANTARA

KBR, Jakarta - Jumlah korban banjir dan longsor di Jawa Tengah terus bertambah. Hingga pukul 08.00 WIB pagi tadi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB) mencatat 43 korban tewas, 19 hilang dan 14 luka-luka. Juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan saat ini pemerintah sedang fokus mencari korban hilang.

"Ada yang belum tahu pasti terutama di Karangrejo karena material longsor menimbun truk dan kendaraan ke sana. Sebagian besar korban tadi di Purworejo. Banjarnegara dan Kebumen lain sudah ditemukan," ujarnya di gedung BNPB, Senin(20/6/2016).

Pencarian difokuskan di Desa Donorati dan Karangrejo. Sebanyak 250 personil dan tiga alat berat dikerahkan. Menurut Sutopo, saat ini akses ke kawasan tersebut sudah bisa dilalui meski terbatas.

Di Kendal, akses lumpuh sehingga pasokan terganggu. Di Solo, sebanyak 4176 kepala keluarga terdampak. Sementara di Sukoarjo, jumlah kepala keluarga yang terdampak sebanyak 5.514 jiwa.

Menurut Sutopo, masyarakat yang terdampak tersebut akan direlokasi. Lokasi dan mekanismenya akan dibicarakan lebih lanjut dengan kepala daerah masing-masing. BNPB memprediksi jumlah kerugian mencapai ratusan miliar Rupiah. 

Sabtu lalu, hujan deras mengakibatkan banjir dan longsor di 3 kabupaten di Jawa Tengah. Enam Belas daerah yang terkena dampaknya adalah Purworejo, Banjarnegara, Kendal, Sragen, Purbalingga, Banyumas, Sukoharjo, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Klaten, Magelang, Wonogiri, Cilacap, Karanganyar dan Kota Solo.  


Editor: Damar Fery Ardiyan 

  • bencana banjir
  • Pemprov Jawa Tengah
  • longsor

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!