HEADLINE

Jelang Ramadan, Ribuan Kejawen Ikuti Prosesi Punggahan di Panembahan Banakeling Banyumas

Jelang Ramadan, Ribuan Kejawen Ikuti Prosesi Punggahan di Panembahan Banakeling Banyumas

KBR, Banyumas– Ribuan penganut kejawen dan penghayat kepercayaan dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti ritual Punggahan atau unggah-unggahan di Panembahan Banakeling Desa Pakuncen Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Ritual punggahan adalah ritual keagamaan penganut kejawen dan penghayat kepercayaan untuk berziarah di makam leluhurnya tiap kali memasuki bulan Sadran atau Sya’ban akhir, menjelang awal bulan puasa.


Peserta punggahan merupakan keturunan Cikal Bakal Banakeling yang tersebar di berbagai daerah dengan masing-masing bonggol (klan-red). Mereka biasa disebut sebagai anak putu. Tetua Adat Penganut Kejawen Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS) Kalikudi Kabupaten Cilacap, Hadi  Rismanto mengatakan Jumat (19/05) merupakan puncak acara punggahan. Anak putu melakukan ritual menyembelih hewan ternak oleh tuan rumah yang dibawa oleh masing-masing kelompok. Lantas, anak putu akan melakukan resik kubur, yakni pembersihan komplek makam.


Masing-masing bonggol, kata Hadi, memiliki tugas khusus yang sudah ditetapkan sejak ratusan tahun lalu. Misalnya, bagian pembersihan alat masak, alat makan, pembersihan makam, bagian memasak, bagian mempersiapkan perjamuan, dan lain sebagainya. Sementara, kelompoknya sendiri, bersama dengan kelompok Anak Putu Daun Lumbung,  bertugas untuk resik kubur dan membersihkan komplek Banakeling.


Jumat siang, ritual dilanjutkan dengan upacara bekten, yakni berziarah ke makam cikal bakal dengan tata aturan dan nomor urut yang sudah ditentukan berdasar tata urut keluarga, dimulai dari tertua.


“Kalau Daun Lumbung dengan Kalikudi itu sama. Tugasnya kalau di sana itu merumat makam. Itu bagiannya Kalikudi dan Daun Lumbung, di sana di atas, itu tugas hanya untuk Kalikudi dan Daun Lumbung. Pagi harinya, untuk resik para leluhur. Sesudah selesai, malam harinya selamatan,” kata Hadi Rismanto, Jumat (19/5/2017). 


Hadi melanjutkan, "sebelum itu, ada bekten (baru) kemudian selamatan. Kalikudi itu pembagiannya untuk pembersihan sampah. Dari dulu. Kalau bukan dari Kalikudi ya tidak ada yang mau sembrono. Karena sudah dari dulu."


Hadi Rismanto melanjutkan, pada Jumat malam, anak putu akan melakukan ritual muji, yakni mendoakan leluhur dan mendoakan keselamatan seluruh anak putu. Biasanya, kata Hadi, ritual muji dilakukan  pukul 20.00 Wib hingga tengah malam.


Lewat tengah malam, ada pula ritual muji yang dilakukan oleh para sesepuh. Ritual ini dilakukan hingga dinihari.


Ritual punggahan diawali dengan jalan kaki napak tilas sejauh puluhan kilometer dari tempat ibadah atau pasemuan penghayat di berbagai daerah, pada Kamis (18/5). Pada Sabtu   (20/5), anak putu akan kembali ke rumah masing-masing, juga dengan berjalan kaki.


Editor: Rony Sitanggang

  • panembahan banakeling
  • Ramadan 2017

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!