BERITA

Demam Karangan Bunga Merambah Balai Kota Solo

""Kalau cuma untuk menyampaikan dukungan pada NKRI, pemerintah, ya silakan saja. Jangan dikaitkan dengan Pilkada daerah lain.""

Demam Karangan Bunga Merambah Balai Kota Solo


KBR, Solo- Demam karangan bunga menjalar ke Surakarta, Jawa Tengah. Sekitar 10 karangan bunga dengan isi tulisan dan pengirim tak jelas berdatangan ke kompleks balaikota Solo, Kamis (4/5).

Karangan bunga diketahui usai apel pagi pegawai   di kompleks Balaikota. Sebanyak   3 karangan bunga terpajang di halaman depan balaikota. Tak lama kemudian, sebuah mobil bak terbuka mengangkut 7 karangan bunga untuk dipasang di Balaikota.

Dua orang petugas yang memasang karangan bunga menyatakan tidak tahu pemesan dan pengirim karangan bunga. Dia hanya menjalankan perintah atasanya pemilik usaha karangan bunga untuk memasang pesanan itu di Balaikota.

Karangan bunga dipasang berjajar di depan Gedung Pendhapi Balaikota. Deretan karangan bunga ini tampak menarik perhatian pengunjung   maupun PNS di Balaikota. Tak jarang mereka berfoto di depan deretan karangan bunga ini.


Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, saat dikonfirmasi adanya karangan bunga di Balaikota jmenyatakan tidak tahu. Kata Rudy, selama isi tulisan karangan bunga tidak bertentangan dengan budaya Solo dan Indonesia, tidak masalah dipajang di Balaikota.

“Saya tidak tahu ada itu. Tadi pagi saya ke sana tidak ada. Ditaruh mana? (Di depan pendhapi.) (Ada kekhawatiran  riuh Pilkada Jakarta pindah ke Solo?) Ya tidaklah. Kalau cuman kayak gitu. Ya nanti kalau ada yang ngirim karangan bunga bunyinya tidak jelas, ya dilarang dipasang di Balaikota. Kalau cuma untuk menyampaikan dukungan pada NKRI, pemerintah, ya silakan saja. Jangan dikaitkan dengan Pilkada daerah lain. Solo ya Solo.” Tegas

Walikota Solo, Hadi Rudyatmo.


Editor: Rony Sitanggang

  • Karangan Bunga
  • Walikota Solo Hadi Rudyatmo

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!