BERITA

Resmikan Kejurnas Silat, Jokowi: Presiden Tidak Diktator

""Sekarang di medsos banyak yang menyampaikan pak Presiden Jokowi otoriter, diktator, masa wajah saya kayak gini wajah diktator,""

Ninik Yuniati

Resmikan Kejurnas Silat, Jokowi: Presiden Tidak Diktator
Presiden Joko Widodo. (Foto: Setkab)

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo menegaskan dirinya bukan pemimpin yang diktator. Ia menampik anggapan yang beredar di media sosial bahwa gaya kepemimpinannya otoriter. Hal ini dikatakan Jokowi saat menggelar kuis berhadiah sepeda dalam peresmian pembukaan Kejuaraan Nasional Tingkat Remaja Perguruan Pencak Silat Nasional (Persinas) di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, Kelurahan Lubang Buaya.

"Tidak usah takut, presidennya tidak diktator kok. Sekarang di medsos banyak yang menyampaikan pak Presiden Jokowi otoriter, diktator, masa wajah saya kayak gini wajah diktator," kata Jokowi di Pesantren Minhaajurrosyudiin di Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa (8/8/2017).


Bantahan senada juga pernah dilontarkan Jokowi untuk menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY khawatir pemerintah melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Jokowi menyebut pernyataan SBY sangat berlebihan. Ia beralasan, di negeri ini tidak ada yang memiliki kekuasaan mutlak.


"Saat ini tidak ada yang namanya kekuasaan absolut atau kekuasaan mutlak, kan ada pers, ada media, ada juga LSM, ada juga yang mengawasi di DPR. Pengawasannya kan dari mana-mana, rakyat juga bisa mengawasi langsung. (Pernyataan abuse of power) itu sangat berlebihan," kata Jokowi di Cikarang, Bekasi, Jumat (28/7/2017).


Berbagai kritikan baik dari lawan politik maupun masyarakat sipil mulai santer terutama sejak Jokowi mengeluarkan Peraturan Ppemerintah Pengganti Undang-undang (perppu) nomor 2 tahun 2017 tentang Ormas. 


Editor: Rony Sitanggang

  • diktator
  • Presiden Jokowi
  • Persinas

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!