BERITA

Pengamat: Pembebasan Aman Abdurrahman Sangat Berisiko Bagi Keamanan Nasional

Pengamat: Pembebasan Aman Abdurrahman Sangat Berisiko Bagi Keamanan Nasional

KBR, Jakarta - Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian Taufik Andrie menyatakan bebasnya narapidana kasus terorisme Aman Abdurrahman alias Oman Rochman sangat berisiko terhadap keamanan nasional.

Taufik menilai, Oman merupakan pimpinan ideologi yang pengaruhnya sampai dianggap fatwa oleh kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).


Taufik mengatakan meski secara hukum Oman memiliki hak bebas, polisi bisa kembali menjeratnya atas dugaan keterlibatan dalam bom Thamrin.


"Kita bicara tentang risiko keamanan. Karena sosok ini adalah ideolog. Dia salah seorang pemimpin ideolog, sebuah kelompok yang katakanlah paling aktif saat ini. Jika posisinya ada di luar, dia akan membawa spirit baru bagi kelompoknya untuk lebih aktif lagi. Ketika dia dalam saja kelompoknya sudah begitu aktif, sejak 2014 sampai hari ini. Dalam koridor hukum, second punishment ini bisa diberlakukan," kata Taufik kepada KBR, Jumat (18/8/2017).


Yayasan Prasasti Perdamaian merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu dan mendampingi para bekas narapidana teroris untuk kembali ke kehidupan di masyarakat dan mencegah mereka terjun kembali ke dunia terorisme.

 

Taufik mengatakan, secara ketentuan hukum, Oman memang berhak bebas karena telah mendapat remisi saat peringatan hari kemerdekaan ke-72 RI. Namun, kata dia, polisi dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPB) harus cepat dan cermat apabila akan menjerat Oman untuk kasus terorisme lainnya, seperti bom Thamrin yang terjadi 2016 lalu.


Apabila pada akhirnya polisi kekurangan alat bukti atau saksi, mau tak mau Oman harus dibebaskan, meski indikasi pengaruhnya dalam dinamika teror sangat kuat.


Menurut Taufik, keterlibatan Oman dalam bom Thamrin sangat kentara, lantaran namanya dua kali disebut oleh terdakwa kasus tersebut. Misalnya oleh Sunakim alias Afif yang menjadi salah satu pelaku pengeboman di Thamrin.


Sunakim juga sempat mengaku mengunjungi Oman Rachman di LP Nusakambangan untuk meminta restu sebelum pengeboman di Sarinah Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016 lalu.


Taufik mengatakan Oman juga kerap disebut sebagai aktor yang berperan kuat dalam Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Menurutnya, dalam penyelidikan Oman di Mako Brimob kali ini, polisi harus bisa menelusuri bagaimana perannya mengendalikan jaringan terorisme tersebut, mulai dari dukungan, pemberi fatwa atau perintah, pengelola sumber daya, hingga pengatur sistem keuangan dan penyokong kebutuhan logistiknya.


Selain itu, diduga Oman juga memiliki kedekatan dengan pengeboman di Terminal Kampung Melayu, Jakarta. Alasannya, selain lebih dominan sel kelompok dari Jawa Barat, Oman juga dianggap memegang kendali yang kuat dalam aspek ideologi, dan berperan sebagai pemberi fatwa.


Meksi begitu, Taufik mengatakan indikasi keterlibatan Oman yang paling kuat ada pada peristiwa bom Thamrin.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • Aman Abdurrahman
  • jaringan Maman Abdurrahman
  • aman abdurahman terpidana terorisme
  • kelompok JAD pimpinan Aman Abdurrahman
  • Jamaah Ansharut Daulah (JAD)
  • kelompok Jamaah Anshor Daulah
  • Jamaah Anshorut Daulah JAD
  • Jamaah Ansharut Daulah
  • Oman Rachman
  • kelompok teroris
  • ISIS
  • Densus 88 Antiteror

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!