HEADLINE

Asosiasi Petani Garam Minta Garam Impor Tak Dilepas ke Pasar

""Jangan dilepas dulu ke pasar. Garam kan sudah telanjur diimpor, disimpan saja dulu di gudang PT Garam.""

Asosiasi Petani Garam Minta  Garam Impor Tak Dilepas ke Pasar
Ilustrasi: Garam sitaan di gudang PT. Garam. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) meminta pengalokasian garam impor ke sejumlah pasar dan industri ditunda. Itu karena datangnya garam impor bertepatan dengan panennya petani garam di Indonesia.

Ketua APGRI, Mohammad Jakfar Sodikin mengatakan, jika pasokan 75 ribu ton garam impor diturunkan ke pasar,   akan merugikan para petani. Kata dia, bahkan sebelum kedatangan garam impor harga garam rakyat menurun drastis, dari semula 4 ribu rupiah per kilo menjadi 2 ribu rupiah. 

 

“Ya kalau bisa garam 75 ribu ton itu jangan dilepas dulu ke pasar. Garam kan sudah telanjur diimpor, disimpan saja dulu di gudang PT Garam. (Stok dari petani lokal  mencukupi?) Ada, karena grafiknya meningkat. Kalau biasanya kami panen seminggu itu dua ton, sekarang 5 ton per hektar. Malah perkiraan kami September itu kebutuhan kami akan surplus. Kalau kami panennya sampai bulan November, itu kebutuhan hingga Maret  terpenuhi,” katanya saat dihubungi KBR, Kamis (10/08/17)

 

Jakfar optimis, hasil panen petani garam Indonesia secara keseluruhan pada musim panen ini bisa mencapai di atas satu juta ton. Hingga awal Agustus saja, kata dia, hasil panen petani sudah mulai terlihat baik. Jumlah itu dikatakannya bisa mencukupi kebutuhan garam rakyat secara nasional yang berada di angka 125 ribu ton per bulan.

 

“Sepertinya kami optimis di atas 1 juta ton di seluruh Indonesia. Itu semusim, sekarang ini yang sudah dipanen lebih dari 500 ribu ton.

Sementara itu Sekretaris perusahaan PT Garam, Hartono menyatakan kapal pengangkut garam yang diimpor dari Australia telah tiba. Hartono mengatakan, kapal pertama sudah berlabuh di Pelabuhan Ciwandan, Banten, pukul 03.00 dini hari tadi, sedangkan dua lainnya akan menyusul.

Hartono memperkirakan, garam tersebut akan bisa dijual kepada industri-industri kecil pada pekan depan, setelah melewati proses bongkar muatan dan karantina di gudang PT Garam.

"Yang Ciwandan sudah datang tadi malam jam 3 pagi. Bongkar dari kapal butuh waktu dua sampai tiga hari, setelah itu masuk ke gudang kita, kalau memang verifikasi dari Departemen Perindustrian sudah masuk ke kita, mau tidak mau kita buat surat perjanjian, invoice, keluarkan. Paling cepat setelah bongkar muatan, masuk gudang, langsung terdistribusi. Minggu depan lah paling cepat," kata Hartono kepada KBR, Kamis (10/08/2017).


Hartono mengatakan, garam yang kini telah mendarat di Pelabuhan Ciwandan sebanyak 25 ribu ton. Kapal kedua yang mengangkut 27,5 ribu ton garam, kata Hartono, akan tiba di Pelabuhan Tanjung Perak  Surabaya pada besok sekitar pukul 18.00. Adapun kapal terakhir yang memuat 22,5 ribu garam dan menuju Pelabuhan Belawan Medan, baru akan tiba pada 21 atau 22 Agustus mendatang.


Garam yang tiba di Pelabuhan Ciwandan, kata Hartono, akan disebarkan ke seluruh pulau Jawa. Dia berkata, saat ini proses verifikasi untuk IKM penerima garam sedang berlangsung agar garam bisa segera terdistribusi.

Kata dia, formulasi penjatahan garam juga sudah siap, yakni dengan menghitung proporsi antara jumlah garam yang diimpor dengan kebutuhan industri. Meski pemerintah telah mematok harga garam untuk end user sebesar Rp 4,5 hingga Rp 5 ribu per kilogram, kata Hartono, harga untuk IKM malah belum diputuskan dalam rapat antara PT Garam, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Perindustrian. Namun, dia menjamin harga itu akan segera diputuskan sebelum garam rampung verifikasi dari Dinas Perindustrian setempat. 

Industri Makanan

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) bidang Pengolahan Makanan, Juan Permata Adoe mengatakan industri pengolahan makanan skala kecil dan menengah menjadi kelompok yang paling tertekan karena kelangkaan garam yang terjadi beberapa pekan terakhir. Juan mengatakan, pasokan garam untuk industri makanan skala besar bisa lebih aman karena lebih dulu mendapat jarah garam impor.

Kata dia,  industri kecil dan menengah terimbas karena menggunakan garam konsumsi yang di pasaran harganya terus melonjak.  Dia juga memperkirakan ada pengusaha kecil yang memilih menghentikan sementara produksinya ketimbang membeli garam dengan harga mahal.

"Kalau garam itu, basic semua industri menggunakan garam . Tetapi kalau garam konsumsi, pasti cukup mengganggu bagi pengusaha-pengusaha kecil, yang biasa iodisasi dikonsumsi oleh industri kecil untuk instan dijual untuk makanan fresh. Otomatis terganggu, karena harganya naik. Terganggunya itu karena harga. Tetapi ada juga yang tiba-tiba shortage, tidak tahu saya, karena tidak ada laporannya," kata Juan kepada KBR, Kamis (10/08/2017.


Juan mengatakan, kelompok industri setiap tahun memerlukan rata-rata 2 juta ton garam, atau separuh dari kebutuhan garam nasional. Sebagian besar kebutuhan garam untuk inudstri seperti farmasi, makanan-minuman serta kulit, memang masih diimpor. Meski begitu, kata Juan, kebutuhan itu telah lebih dulu terpenuhi sehingga tak sampai menimbulkan kelangkaan.


Juan berujar, kelompok yang paling terimbas karena kelangkaan garam konsumsi belakangan ini adalah industri kecil dan menengah. Dia berkata, garam konsumsi tersebut biasanya digunakan industri pengolahan produk segar seperti pengeringan ikan atau makanan berskala kecil. Menurut Juan, kelompok industri inilah yang harus membeli garam di pasar, yang kini sedang mahal.


Menurut Juan, ketersediaan garam konsumsi tersebut bisa terlihat dari pasokan di pasar tradisional maupun supermarket. Dia berkata, sejauh ini garam konsumsi masih bisa ditemui. Sehingga, dampak kelangkaannya berupa harga yang terus melonjak dan tak sampai benar-benar hilang di pasar.

 


Editor: Rony Sitanggang

  • Ketua APGRI
  • Mohammad Jakfar Sodikin
  • kelangkaan garam
  • garam impor
  • Juan Permata Adoe

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!