HEADLINE

Kajian Kendeng, ESDM: Ada Potensi Area CAT Watuputih Berubah

Kajian Kendeng, ESDM: Ada Potensi Area CAT Watuputih Berubah

KBR, Jakarta- Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial menyatakan ada potensi luas Cekungan Air Tanah (CAT Watuputih) di Pegunungan Kendeng berubah, baik bertambah maupun menyusut. Ego mengatakan, kesimpulan itu akan dapat diperoleh setelah kajian komprehensif yang lembaganya sedang kerjakan selesai.

Ego berkata, dia sudah mendapat banyak temuan dari kajian yang baru tercapai 25 persen tersebut.

"Apakah dengan kajian ini akan mengubah deleniasi area CAT Watuputih? Luas area. Ya tapi kan kemungkinan. (Berubah itu bertambah?) Idea bertambah atau mengecil. Nanti dari hasil studi ini, ada kemungkinan itu. Tetapi saya belum bisa berkata sebagai hasil, karena ini baru perjalanan 25 persen meng-collect," kata Ego di kantor Kementerian ESDM, Jumat (09/06/2017). 

Ego melanjutkan, "cuma indikasi-indikasi awal, kita ingin membuktikan itu. Gampangnya begini, ini CAT Watuputih, sampingnya ada mata air. Kita harus buktikan mata air ini permanen, dan betul-betul saat musim kering ada alirannya."

Ego mengatakan, saat ini kajian itu baru selesai seperempatnya. Ego berkata, dalam proses awal itu timnya kebanyakan baru mengumpulkan data. Namun, dari survei lapangan yang sempat berjalan, dia menyebutkan ada beberapa temuan. Temuan itu misalnya tak semua sumber air di kawasan CAT Watuputih sebagai mata air.

Dia menyebutkan, timnya telah mendatangi 53 sumber air di sana, tetapi 17 di antaranya bukan mata air, melainkan sumur yang digali. Selain itu, gua yang disebut sebagai gua alami juga beberapa di antaranya hanya gua bekas galian.

Ego berujar, CAT Watuputih tercatat seluas 3.200 hektar. Pada kawasan itulah, tim kajian yang terbagi dalam tim hidrologi, tim pemetaan geologi, tim geofisika, serta tim geologi lingkungan menguji kondisi hidrologi kawasan, serta membuktikan keberadaan cekungan air tanah di bawahnya. Kajian itu menggunakan berbagai metode, misalnya citra satelit dan survei lapangan. Ego berkata, dalam rencananya, kajian itu bakal rampung pada September 2017.


Namun, kata dia, kajian itu bisa molor dari jadwal karena timnya harus menunggu musim kemarau untuk menguji mata air di CAT Watuputih benar-benar permanen. Padahal, kata dia, kondisi iklim saat ini sedang tak menentu. Selain itu, kata Ego, durasi kajian yang molor juga karena dalam perjalanannya ada usulan pengujian baru dari para pemangku kepentingannya. Dia mencontohkannya dengan studi tes gamping, karena kajian yang berjalan hanya soal hidrologinya. Dengan pengujian gamping  tersebut, bisa diketahui origin gamping di karts Kendeng, termasuk umurnya. Kata Ego, usulan uji gamping itu akan ditambahkan dalam kajiannya.


Selain itu, ada pula yang mengusulkan metode kajian dengan mengebor kawasan karts, untuk membuktikan keberadaan aliran air di bawah tanah. Namun, kata Ego, karena berbiaya besar, lembaganya masih akan mengkaji rencana itu.


Menanggap itu Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Gunretno menyatakan kajian   seharusnya dilakukan sejak awal. Tujuannya agar konflik antara perusahaan dan masyarakat tak memburuk. 

Gunretno menginginkan agar pemerintah benar-benar mengebor karts untuk membuktikan adanya cekungan air tanah di bawahnya.

"Itu kan malah sudah menjadi permohonan warga dari awal. Itu kan ingin semua terbuka, lha ini dari semua pihak terbuka baru kali ini. Kalau ini sudah dilakukan dari awal, mungkin konflik ini tidak semakin besar. Tetapi ada beberapa usulan tadi yang cukup menarik adalah harusnya itu dibor, jadi mengetahui. Sebenarnya tadi kayaknya SI (Semen Indonesia) sudah pernah melakukan pengeboran. Tetapi bukannya ini curiga, tetapi sebaiknya sih yang melakukan itu harusnya pemerintah," kata Gunretno. 


Editor: Rony Sitanggang

  • cat watuputih
  • Ego Syahrial
  • Badan Geologi Kementerian ESDM
  • Koordinator JMPPK Gunretno

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • catur7 years ago

    Sudahkah dilakukan kajian dengan teknik Water Tracking utk melacak keberadaan aliran sungai bawah tanah ? Kalo Water Tracking belum dilakukan, kajian ESDM bisa dikatakan lemah. Krn teknik Water Tracking sangatlah mudah dilakukan dan cukup efektif utk pembuktiannya.