BERITA

Buah Bekas Codot Sebaiknya Tidak Dimakan

"Karena punya daya jelajah luas, kelelawar atau codot diwaspadai terkait penyebaran infeksi penyakit di Indonesia. "

Vitri Angreni Gulo

Buah Bekas Codot Sebaiknya Tidak Dimakan
https://pixabay.com/p-2247727/?no_redirect

Buah yang dicicipi codot atau kalong tandanya matang dan manis. Namun Prof Drh Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PA Vet (K) dari IPB menyarankan agar buah yang telah dimakan codot tidak dimakan manusia. “Ada kemungkinan dalam buah bekas dimakan kelelawar tertinggal ludah yang menjadi wahana penyebaran virus. Bisa jadi virus tidak berbahaya, tapi juga ada yang berisiko berbahaya, di beberapa tempat di luar negeri sudah dibuktikan bekas buah yang dimakan kelelawar diberikan ke hewan dan hewannya jadi sakit,” jelas Srihadi dalam talkshow Ruang Publik KBR dan Japan International Cooperation Agency (JICA), 26 Januari 2018.

Hal sama juga berlaku bagi konsumsi kelelawar sebagai makanan dan obat. Srihadi menyarankan agar masyarakat mulai berhati-hati. Sejauh ini, obat dari jantung dan hati kelewar yang dipercaya sebagian masyarakat bisa menyembuhkan asma belum diuji secara medis. “Masih merupakan eksperience masyarakat, belum diteliti,” lanjutnya. 

Salah satu virus yang berbahaya yang berpotensi dibawa kelelawar adalah rabies. Jika sudah tergigit kelelawar, ada virus atau tidak, Prof Srihadi tetap menganjurkan korban dibawa ke rumah sakit terdekat. Ini sesuai dengan prosedur jika tergigit hewan liar.

Untuk mencegah penularan virus ini Prof Srihadi menyarankan, selain menghindari konsumsi daging kelelawar jenis apa saja dan tidak memakan buah-buahan yang pernah digigit kelelawar, kita juga perlu menghindari kontak secara langsung dan melindungi diri dari urin atau feses dari kelelawar. Memakai masker, sarung tangan, dan mencuci tangan dengan sabun sehabis bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan binatang ini akan membantu mencegah penularan.

Dalam kehidupan sehari-hari, hewan mamalia ini juga bisa kita temui terutama di daerah yang masih banyak hutan dan pohon buah-buahan, juga di gua-gua. Karena sering berada di dekat manusia, maka keberadaan mereka kerap dianggap tidak berbahaya. Mereka kadang tinggal di sekitar pohon-pohon dan bahkan di langit-lagit rumah. 

Meski harus diwaspadai, bukan berarti kelelawar tidak membawa manfaat bagi manusia. Menurut Srihadi, ada hubungan timbal balik antara kelelawar dan lingkungan. Mereka sangat membantu dalam proses penyerbukan tanaman. Bila populasi kelelawar berkurang di suatu tempat, maka jumlah tanaman di sana juga akan berkurang. Sebaliknya bila di suatu tempat terdapat banyak tanaman buah-buahannya maka akan menarik populasi kelelawar untuk datang.

Masyarakat juga tidak perlu panik berlebihan karena karena tidak semua kelelawar membawa virus berbahaya. Sepanjang menjalankan prosedur keamanan risiko bisa diminimalisir. “Hanya perlu waspada untuk pencegahan,” tegas Srihadi.

Penelitian Bersama Indonesia-JICA

Prof Srihardi mewakili pemerintah Indonesia bekerjasama dengan JICA melakukan studi ekologi kelelawar dan keterlibatan mereka dalam penyebaran infeksi penyakit yang berhubungan dengan rabies serta penyakit lainnya seperti Nipah, Hendra dan virus Ebola. Sejauh ini risiko terbesar yang bisa terjadi di Indonesia adalah rabies. Kerjasama penelitian dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor IPB sebagai universitas mitra di Indonesia, sedangkan Jepang diwakili oleh tiga kampus yakni Universitas Nagoya, Universitas Tokyo, dan Universitas Yamaguchi. Penelitian ini juga memantau migrasi kelelawar.

“Kita menggunakan satelit yang dipasang di leher kelelawar, untuk mengetahui ke mana saja kelewar ini,” jelas Mr. Takeshi Ando Koordinator Proyek, JICA Indonesia. Pusat penelitian dilakukan antara lain di Garut dan pantai selatan Jawa. Kalong atau kelelawar ukuran besar, sanggup terbang sejauh lebih dari 100 km per hari dan bermigrasi musiman rata–rata sejauh 1.000 km. Karena punya daya jelajah luas inilah, kalong diwaspadai terkait penyebaran infeksi penyakit di Indonesia.  

  • jica
  • kelelawar
  • codot
  • kalong
  • buah
  • Japan
  • IPB

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!