BERITA

Dampak Asap, Malaysia Liburkan Sekolah, Malaysia Cup Terganggu

Dampak Asap, Malaysia Liburkan Sekolah, Malaysia Cup Terganggu

KBR - Kementerian Pendidikan Malaysia meliburkan sekolah di lima negara bagian karena tebalnya kabut asap kiriman dari Sumatera.

Lima negara bagian yang meliburkan sekolah antara lain Kuala Lumpur, Putrajaya, Negara Bagian Selangor, Negara Bagian Melaka dan Negara Bagian Negeri Sembilan.


Penutupan dilakukan karena Indeks Pencemaran Udara (Air Pollutants Index/API) menunjukkan angka 200 yang sudah berbahaya bagi kesehatan.


Menteri Pendidikan Malaysia Mahdzir Khalid sebelumnya mengatakan sekolah-sekolah akan diliburkan ketika API mencapai angka 200.


Indeks 0-50 dianggap baik, 51-100 dianggap sedang, 101-200 dianggap tidak sehat, 201-300 dinyatakan sangat tidak sehat, dan 300 ke atas masuk kategori berbahaya.


Kondisi serupa juga terjadi di Singapura. Indeks pencemaran udara di Singapura pada Senin (14/9) menunjukkan angka yang lebih berbahaya, yakni mencapai 222.


Agenda Malaysia Cup


Tingkat polusi asap yang tinggi di Malaysia juga mengancam agenda turnamen sepakbola Malaysia Cup.


Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM) menyatakan Malaysia Cup 2015 kemungkinan ditunda jika asap mencapai level berbahaya.


Wakil Presiden FAM Dato Sri Afandi Hamzah mengatakan masih terus memantau Indeks Pencemaran Udara (API) setiap jam, sebelum dan selama pertandingan.


"Jika Indeks Pencemaran Udara di tempat penyelenggaraan Malaysia Cup lebih dari 150, maka komisi pertandingan akan membahas dan memutuskan apakah pertandingan diteruskan atau tidak," kata Sri Affandi.


Pertandingan putaran kedua Malaysia Cup dijadwalkan digelar Jumat dan Sabtu ini.


(BBC/AFP/FourFourTwo) 

  • kabut asap
  • indeks pencemaran udara
  • polusi asap
  • Malaysia
  • sumatera
  • kebakaran hutan dan lahan
  • Karhutla

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!