BERITA

Plastik, Plastik Apa yang Bisa Dimakan?

Plastik, Plastik Apa yang Bisa Dimakan?

KBR, Jakarta - Sampah berupa plastik, butuh puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai! Saatnya kita beralih, atau mencari penggantinya.

Nah, sebuah perusahaan rintisan start-up, Evoware membikin pengganti plastik kemasan. Menurut David Christian selaku Chief of Sales, Marketing and Impact sekaligus Co-founder Evoware, plastik yang mereka buat bisa larut saat diseduh dan cepat terurai. Bahkan bisa dimakan, lho.

"Plastik yang diproduksi Evoware, lebih ramah lingkungan karena terbuat dari rumput laut, jadi aman untuk lingkungan, hewan, manusia dan alam. Aman juga untuk dimakan," jelas David kepada KBR.

Packaging plastik yang terbuat dari rumput laut ini, baru diluncurkan pada September 2017. Tapi David mengklaim telah menggaet beberapa perusahan di dalam dan luar negeri untuk menjadikan plastiknya sebagai kemasan kopi sachet, snack maupun bungkus sabun.

"Jadi untuk kopi sachet, bungkusnya enggak perlu dibuka, langung dicemplungin dan diseduh. Begitu juga dengan bungkus sabun, tak perlu dibuka langsung dibasahi dan diusap ke tubuh," kata dia.

Soal alasan menggunakan rumput laut, David mengungkapkan, selain karena memang Indonesia menjadi penghasil tertinggi di dunia. Juga lantaran, dengan menanam rumput laut maka bisa ikut mengurangi karbon di laut serta menciptakan rumah juga makanan alami untuk ikan-ikan. Dengan begitu, ekosistem laut pun terjaga.

"Masih banyak over-supply rumput laut Indonesia. Yang kami lakukan justru membantu petani rumput laut agar lebih sejahtera. Dan kami membelinya dengan harga yang fair" tambahnya. 

Meski baru diproduksi dalam jumlah kecil dan berskala rumah tangga, namun pengganti kemasan plastik ini sudah mengantongi sertifikasi halal. Anda tertarik?

Baca juga:



Editor: Nurika Manan

  • Wisata Plastik
  • Evoware
  • Diet Kantong Plastik
  • lingkungan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!