OPINI

Sweeping

Santa Claus memberikan hadiah natal

Kepolisian menyiapkan lebih 141 ribu personel jelang Natal dan Tahun Baru 2018. Seratusan ribu personel itu dikerahkan di lebih 4 ribu lokasi. Mulai dari bandara, jalan tol,  pusat perbelanjaan sampai gereja. Mereka bertugas untuk mengatur lalu lintas, juga mencegah tindak kejahatan termasuk terorisme saat hari raya tiba. Apalagi trauma bom Natal pada hampir 17 tahun silam tak juga terhapus dari ingatan.

Teror tak cuma datang dari ledakan bom. Teror bisa juga datang dari ancaman men-sweeping atribut Natal oleh segerombolan Ormas. Itu sebab dua hari lalu Kepala Kepolisian Indonesia Tito Karnavian menegaskan melarang aksi sweeping atau razia ilegal tersebut. Saat melakukan video conference dengan sejumlah menteri dan jajarannya, Tito memerintahkan tindakan tegas bagi pelaku sweeping.

Meski tak melakukan aksi kekerasan, kehadiran segerombolan orang untuk melakukan sweeping jelas jadi teror bagi yang disasar. Was-was dan terintimidasi. Menghadapi gerombolan semacam ini, salah ucap bisa beroleh kekerasan fisik. Karena kebenaran telah diklaim sebagai milik mereka. Penjelasan selogis apapun, tak akan bisa mereka terima.

Selain melarang sweeping, seperti tahun-tahun sebelumnya kepolisian menggandeng juga sejumlah Ormas untuk menjaga perayaan Natal. Ormas yang digandeng tentu bukan penggemar sweeping. Tapi Ormas yang berkomitmen menjaga tolerasi dan mengawal kebhinekaan yang dijamin konstitusi di negeri ini. 

  • sweeping atribut natal
  • Kapolri Tito Karnavian
  • teror

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!