BERITA

Tidak Sehat, Koperasi Petani Kopi Bondowoso Terancam Tutup

Tidak Sehat, Koperasi Petani Kopi Bondowoso Terancam Tutup


KBR, Bondowoso – Koperasi yang menaungi ribuan petani kopi di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur dinyatakan dalam kondisi tidak sehat.

Ini diketahui dari pemaparan Tim Pengawas Koperasi, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, Selasa (20/12/2016).


Anggota Tim Pengawas Koperasi, Syahrial Fary mengatakan koperasi Rejo Tani yang merupakan koperasi tempat petani kopi di Bondowoso bernaung, sudah tak sehat sejak 2015 lalu. Hal itu disebabkan masih adanya tanggungan kredit yang belum tuntas kepada pihak perbankan.


Dampaknya, koperasi tak bisa menampung kopi milik petani karena tak adanya bantuan permodalan.


"Pernyataan kita sudah jelas. Setelah mempelajari dan mengevaluasi dari buku laporan RAT yang ada, saya di depan forum menyatakan bahwa Koperasi Rejo Tani tidak sehat. Saat itu sudah diterima oleh anggota dan calon pengurus baru tahun lalu. Semua sudah tahu, baik BI, Bank Jatim dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan," kata Syahrial kepada KBR.


Baca juga:


Syahrial mengatakan menjelang tutup buku akhir tahun 2016, Tim Pengawas kembali mengevaluasi seluruh koperasi yang ada di Bondowoso, untuk kemudian diberi rekomendasi.


Koperasi yang sehat berhak mendapatkan penghargaan berupa bantuan, sementara koperasi yang tak sehat berpotensi ditutup.


"Selain itu kita lihat permasalahan koperasi apa. Kita selaku pembina harus membantu koperasi untuk mencari solusi. Kalau rekomendasinya bagus koperasi bisa dapat reward berupa bantuan. Terburuk, koperasi bisa ditutup," imbuhnya.


Koperasi Rejo Tani juga berpotensi tidak mendapat bantuan apapun dari Kementerian Koperasi, jika tak segera berbenah. Syahrial mengatakan, Dinas sudah mengajukan bantuan untuk Rejo Tani pada tahun 2017 mendatang. Namun, jika kondisi koperasi tetap bermasalah, dipastikan bantuan tersebut tak bisa diberikan.


Penelusuran KBR menemukan fakta koperasi yang beranggotakan sekitar 2.000 petani kopi ini tengah mati suri. Bantuan permodalan tidak ada, karena tanggungan kredit di Bank Jatim sebesar Rp600 juta belum lunas. Ini menjadikan koperasi tidak berkegiatan di bidang industri kopi.


Petani akhirnya memilih menjual kopinya langsung kepada eksportir atau pembeli. Padahal, penjualan kopi arabika khas Bondowoso telah ditetapkan satu pintu melalui koperasi.


Dari catatan koperasi, tahun ini jumlah setoran petani kopi ke koperasi hanya 10 ton saja. Angka ini sangat kecil jika dibanding jumlah produksi kopi yang mencapai 2.000 ton setara green bean.


Baca: Mengukur Ikhtiar Bondowoso Menjadi Republik Kopi   


Editor: Agus Luqman 

  • Bondowoso
  • Jawa Timur
  • republik kopi
  • kopi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!