BERITA

Letusan Gunung Agung, PVMBG: Pariwisata Bali Tetap Aman

Letusan Gunung Agung, PVMBG: Pariwisata Bali Tetap Aman

KBR, Karangasem – Otoritas pemantau kegunungapian Indonesia memastikan letusan freatik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali belum mengganggu keamanan pariwisata di pulau itu.

Pernyataan itu dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG di tengah munculnya peringatan imbauan dari otoritas pemerintah Singapura kepada warganya agar tidak mengunjungi Bali, kecuali untuk tujuan penting, karena letusan gunung api.

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan luas zona berbahaya atau yang dilarang untuk aktivitas sangat kecil, dan jauh dari pusat-pusat pariwisata di pulau Bali. 

Selain itu, kata Kasbani, para wisatawan juga tetap dilarang masuk radius enam hingga 7,5 kilometer dari puncak Gunung Agung. 

"Aktifitas Gunung Agung belum signifikan, mulai dari kegempaan, deformasi masih dalam level tiga dengan radius yang sudah direkomendasikan. Wisatawan tidak berada di radius bahaya. Apalagi tempat pariwisata di Bali jauh dari Gunung Agung, seperti Denpasar. Untuk penerbangan saat ini juga tidak ada masalah karena erupsi kemarin juga kecil. Meskipun mengandung abu tapi saat ini sudah tidak ada abu. Sekarang lebih banyak uap air," kata Kasbani di Karangasem, Kamis (23/11/2017). 

red

Pantauan Gunung Agung dari kejauhan, Kamis (23/11/2017). (Foto: KBR/Yulius Martoni) 

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/11-2017/erupsi_gunung_agung__warga_kembali_mengungsi/93585.html">Erupsi Gunung Agung, Warga Kembali Mengungsi</a>  &nbsp; &nbsp;</b><br>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/11-2017/polda_bali_minta_kepanikan_warga_bulan_lalu_tak_terulang_lagi/93596.html">Polda Bali Minta Kepanikan Warga Bulan Lalu Tak Terulang Lagi</a> </b><br>
    

Kepala PVMBG Kasbani mengatakan para wisatawan tidak perlu membatalkan perjalanan menuju ke Bali karena kondisi Bali sangat kondusif. Lokasi di luar radius enam hingga 7,5 kilometer dari puncak Gunung Agung masih sangat aman bagi wisatawan, seperti Ubud, Kuta dan Tabanan. 

Data dari Pos Pantau Gunung Agung pada Kamis siang, Gunung Agung tidak memperlihatkan aktifitas yang tinggi. Gempa vulkanik dangkal masih terjadi sebanyak dua kali, gempa vulkanik dalam sebanyak tiga kali dengan amplitudo 2 mm (Modified Mercalli). Asap kawah teramati berwarna putih dengan tinggi 400 hingga700 meter dari kawah puncak Gunung Agung.

Status Gunung Agung sebelumnya telah diturunkan dari Level IV (Awas) ke level III (Siaga), sejak 29 Oktober 2017. 

Berdasarkan laporan pantauan PVMBG yang dikeluarkan Kamis (23/11/2017), secara visual Gunung Agung terlihat jelas, dimana asap kawah putih keluar mencapai ketinggian antara 300 hingga 800 meter di atas puncak. Seismograf merekam getaran tremor menerus dengan amplitudo 2 - 5 mm (dominan 3 mm). 

PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Agung maupun wisatawan atau pendaki agar tidak melakukan pendakian dan aktivitas apapun di zona perkirawaan bahaya. Zona Perkiraan Bahaya (ZPB) berada di dalam area kawah Gunung Agung dan seluruh area di dalam radius enam kilometer dari kawah puncak, ditambah perluasan sektoral ke arah utara-timur laut serta tenggara-selatan-barat daya sejauh 7,5 kilometer.

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/10-2017/pelabuhan_gilimanuk_antisipasi_eksodus_warga_bali_ke_banyuwangi/92706.html">Pelabuhan Gilimanuk Antisipasi Eksodus Warga Bali ke Banyuwangi</a> </b><br>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/09-2017/status_awas_gunung_agung__polisi_buru_penyebar_hoaks_letusan/92599.html">Status Awas Gunung Agung, Polisi Buru Penyebar Hoaks Letusan</a> </b><br>
    

Editor: Agus Luqman 

  • Gunung Agung
  • erupsi Gunung Agung
  • pengungsi Gunung Agung
  • Status Awas Gunung Agung
  • evakuasi Gunung Agung
  • Gunung Agung Bali
  • letusan Gunung Agung
  • pariwisata bali

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!