BERITA

Sempat Dilarang, Aksi Nyalakan Cahaya Bukit Duri Tetap Berlangsung

Sempat Dilarang, Aksi Nyalakan Cahaya Bukit Duri Tetap Berlangsung

KBR, Jakarta - Panggung seni warga korban gusuran bersama Gerakan Masyarakat untuk Demokrasi (Gema Demokrasi) di lokasi penggusuran Bukit Duri, Jakarta Selatan tetap digelar kendati sempat dilarang aparat.

Anggota Gema Demokrasi yang juga tengah mengikuti aksi, Dhyta Caturani menceritakan, sejumlah petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) berusaha membubarkan kegiatan bertajuk "Nyalakan Cahaya di Tanah Gusuran" tersebut. Padahal, acara yang merupakan bentuk dukungan kepada warga korban gusuran itu hanya berupa aksi teatrikal, pertunjukan musik, arena anak-anak, panggung seni, pasar rakyat dan posko kesehatan.

Petugas Satpol PP, kata Dhyta, mengklaim larangan tersebut lantaran kegiatan digelar di atas lahan yang berstatus steril.

"Memang sudah dibubarkan, kami masih negosiasi di tingkatan Kapolda sekarang. Negosiasi di tingkatan Lurah, Camat, Satpol PP, Polres sudah, tetapi tidak berhasil. Sekarang kami mencoba ke Kapolda, tadi sudah sepakat kami minta waktu sampai jam 3, sampai proses negosiasi di atas selesai," kata Dhyta saat dihubungi KBR, Sabtu (15/10/2016).

"Kami meminta kami yang akan membongkar karena mereka memaksa mereka yang membongkar, kami tidak mau.Yang membubarkan adalah Satpol PP, sekarang hujan tidak ada mereka, mereka datang sudah dari pagi. Alasannya ini adalah steril yang mana juga kita tidak paham apa maksudnya tanah steril," papar Dhyta.

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/09-2016/penggusuran_bukit_duri_langgar_deklarasi_universal_ham/85481.html">Penggusuran Langgar Deklarasi HAM Universal</a></b> </li>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/10-2016/warga_bukit_duri_tetap_ogah_ke_rusun_rawa_bebek/85666.html">Warga Bukit Duri Tetap Ogah ke Rusun</a></b> </li></ul>
    

    Dhyta pun menegaskan, kegiatan ini digelar murni atas inisiatif warga lain yang ingin memberikan dukungan ke korban gusuran. Itu sebab ketika di tengah kegiatan terlihat Wakil Ketua DPR Fadli Zon, panitia pun menolak kehadiran politisi Gerindra tersebut.

    "Di panggung ketika konferensi pers kami menolak dia untuk ikut terlibat. Kebetulan aku yang jadi moderator, aku menyatakan bahwa ini acara yang kami bangun secara kolektif warga nonpartisan, nonpolitisi," katanya.

    "Acara (Cahaya Tanah Gusuran) yang dirancang ini tidak melibatkan politikus atau partai politik," tukasnya.

    Dia menambahkan, bakal tetap melanjutkan kegiatan itu meski sistem pengeras suara (sound system) dan panggung telah dibongkar aparat. Pertunjukkan musik anak, pembacaan puisi dan kegiatan menggambar, kata dia, tetap berlangsung.

    "Kami akan tetap menjalankan acara tanpa pangung dan peralatan sound system. Acara kami kan acara anak-anak, ada menggambar, permainan anak, paduan suara anak dan beberapa penampilan musik. Apa yang ditakutkan dari itu, kita akan tetap lanjutkan acara tanpa peralatan apa pun," ujarnya.

    Baca juga:

      <li><b><a href="http://kbr.id/08-2016/dapat_tekanan__diskusi_aidit_di_yogyakarta_tetap_berlangsung/84277.html">Dapat Tekanan, Diskusi Aidit di Yogyakarta Tetap Berlangsung</a></b> </li>
      
      <li><b><a href="http://kbr.id/02-2016/batal_di_tim__festival_belok_kiri_pindah_di_lbh_jakarta_malam_ini/78859.html">Batal di TIM, Festival Belok Kiri Pindah ke LBH Jakarta</a></b> </li></ul>
      

      Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Satpol PP DKI Jakarta Jupan Royter mengaku tak mengetahui pelarangan kegiatan di lahan gusuran Bukit Duri tersebut.

      "Saya belum tahu, coba tanyakan ke Kecamatan. Saya juga baru tahu ada pelarangan," ujarnya.

      Sedangkan Polda Metro Jaya baru akan mengecek informasi soal pembubaran aksi dukungan bagi Warga Bukit Duri oleh aparat.

      "Nanti saya cek dulu ya, siapa yang melarang, kan itu baru sepihak dari panitia," kata Juru Bicara Polda Metro Jaya Awi Setyono kepada KBR.




      Editor: Nurika Manan

  • penggusuran bukit duri
  • Bukit Duri
  • penggusuran warga bukit duri
  • pelarangan aksi
  • #CahayaGusuran
  • dhyta chaturani
  • Gema Demokrasi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!