BERITA

Presiden Pastikan Tak Impor Beras Hingga Akhir 2016

Presiden Pastikan Tak Impor Beras Hingga Akhir 2016



KBR, Boyolali - Presiden Joko Widodo memastikan takkan mengimpor beras hingga akhir 2016. Menurut Jokowi, stok beras sebanyak 1,98 juta ton diprediksi mencukupi kebutuhan pangan nasional hingga Mei 2017.

"Jumlah itu mampu bertahan sampai bulan Mei tahun depan, saya kira. Saya kira lebih baik kita memperbesar stok bahan pangan dulu baru kita akan berbicara peluang ekspor bahan pangan," kata Jokowi di sela kunjungannya menghadi perayaan Hari Pangan Sedunia di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (29/10/2016).

"Meskipun saat ini ekspor bahan pangan berkualitas baik masih dilakukan sejak tahun lalu," imbuhnya.

Di tengah proses panen raya padi di Boyolali tersebut, Presiden Jokowi juga berdialog dengan sejumlah petani yang menggunakan model minapadi. Yakni petani yang menggunakan lahannya untuk menanam padi sekaligus beternak ikan. Jokowi juga menyempatkan memberi makan ikan di lahan persawahan sistem minapadi tersebut.

Sementara itu untuk menghadapi cuaca ekstrim hingga awal tahun depan, Jokowi menegaskan, Indonesia tengah fokus menggenjot ketersediaan bahan pangan. Cuaca ekstrim akibat La Nina berupa hujan pada musim kemarau penghujung tahun berdampak pada menurunnya produksi pertanian.

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/10-2016/2_tahun_jokowi_jk__impor_beras_meroket/86094.html">2 Tahun JOkowi-JK, Impor Meroket</a></b> </li>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/10-2016/menteri_pertanian__bumn_diperintahkan_serap_cabai_petani/86018.html">BUMN Diperintahkan Serap Cabai Petani</a></b> </li></ul>
    

    Akibatnya, harga bahan pangan di berbagai daerah melonjak di antaranya cabai yang naik pada kisaran 30-60 persen, daging ayam 3-5 persen, gula pasir 5 persen, daging sapi masih stabil tinggi di atas 100 ribu rupiah perkilogram.


    Antisipasi Cuaca Ekstrim

    Pemerintah mengaku tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi cuaca ekstrim. Salah satunya, menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman melalui pengembangan inovasi bibit bahan pangan varietas baru yang mampu bertahan dalam kondisi cuaca ekstrim.

    Selain karena cuaca ekstrim, kata dia, sebetulnya kenaikan harga sejumlah bahan pangan semisal cabai dan kedelai juga dipengaruhi panjangnya rantai distribusi.

    "Kedelai sangat terpengaruh cuaca, apalagi saat ini terjadi La Nina datang. Kedelai tidak tahan dengan musim hujan. Sedangkan cabai selain karena cuaca ekstrim juga rantai distribusi yang terlalu panjang. Kami punya 200-an varietas baru bibit bahan pangan," jelas Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (29/10/2016).

    "Bahkan kami kembangkan inovasi bibit unggul varietas baru yang mampu bertahan dibawah air hingga dua minggu. Kena banjir 2 minggu masih tahan dengan segala upaya kami siapkan untuk menghadapi segala situasi yang ada sekarang ini," imbuhnya.

    Selama ini pemerintah mengklaim satu hektar lahan pertanian yang biasanya menghasilkan produk bahan pangan pada kisaran 10-11 ton akan digenjot menjadi 13 ton perhektar. Dia mencontohkan, sejumlah bahan pangan yang meningkat produksinya lantas diekspor antara lain jagung, padi, bawang, dan cabai.

    Baca juga:

      <li><b><a href="http://kbr.id/08-2016/ratusan_hektar_sawah_di_cilacap_puso_akibat_cuaca_ekstrim__pemerintah_ganti_benih_petani/83656.html">Akibat Cuaca Ekstrim di Cilacap</a></b> </li>
      
      <li><b><a href="http://kbr.id/08-2016/dampak_la_nina__seribu_hektar_tanaman_tembakau_di_jombang_mati/84028.html">Dampak Cuaca Ekstrim di Jombang</a></b> </li></ul>
      

      Amran pun melanjutkan, cuaca ekstrim akibat La Nina berupa hujan pada musim kemarau di penghujung tahun memang berdampak pada produksi pertanian. Itu sebab, rekayasa teknologi diperlukan untuk mengantisipasi perubahan cuaca.

      "Perubahan iklim yang begitu cepat harus teknologi bergerak cepat menyelesaikan persoalan yang ada sekarang. Sedangkan cabai selain faktor cuaca juga distribusi pasokan terlalu panjang, akan kita potong untuk menjaga agar disapritas harga di desa dan kota tidak terlalu lebar," katanya.



      Editor: Nurika Manan

  • Impor pangan
  • Presiden Jokowi
  • Menteri Pertanian Amran Sulaiman
  • panen raya
  • Produksi Beras
  • impor
  • impor beras

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!