BERITA

Pilkada Jakarta Panas, Santri Nusantara Deklarasikan Gerakan Anti-SARA

""Implementasi dari deklarasi ini, mudah-mudahan bisa terus sinergis dengan teman-teman untuk pengamanan ke depannya, dengan ramah, dengan santun,""

Dian Kurniati

Pilkada Jakarta Panas,  Santri Nusantara Deklarasikan Gerakan Anti-SARA
Tiga pasang calon peserta pilkada Jakarta 2017 saat pengundian nomer urut. (Foto: Antara)



KBR, Jakarta- Gerakan Santri Nusantara mendeklarasikan gerakan antirasial. Ketua Umum Gerakan Santri Nusantara, Muhammad Utomo mengatakan, gerakan itu untuk menyikapi maraknya kampanye, termasuk untuk momen Pilkada DKI Jakarta 2017, yang bermuatan SARA.

Kata Utomo, deklarasi itu memuat sembilan pernyataan yang pada intinya mengecam kampanye, baik oleh pendukung maupun media massa yang bermuatan SARA.

"Gerakan Santri Nusantara adalah gerakan yang independen, berdiri sendiri, tidak mengikuti, dan tidak menuntut. Gerakan ini seperti kepala semut, kecil, tetapi menggigit. Dengan bahasa lainnya adalah independen, tidak kemanapun, tidak mendukung siapapun calon gubernur DKI Jakarta. Implementasi dari deklarasi ini, mudah-mudahan bisa terus sinergis dengan teman-teman untuk pengamanan ke depannya, dengan ramah, dengan santun," kata Utomo di Jakarta, Jumat (28/10/16).


Utomo menyebutkan, deklarasi itu berbunyi Gerakan Santri Nusantara siap menciptakan Pilkada Jakarta yang aman, tertib, dan damai demi terpeliharanya keutuhan NKRI. Mereka mengharapkan  warga Jakarta untuk tidak terpengaruh kampanye  berbau rasial dan SARA yang bertujuan memecah belah bangsa.

Gerakan Santri Nusantara juga meminta ulama dan tokoh agama untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan politik supaya tidak terjadi kegaduhan, dan menolak agama dijadikan komoditas untuk kepentingan politik. Mereka juga menolak Islam ramah diganti menjadi Islam marah dan penyebar fitnah.

Utomo menambahkan, gerakan itu juga mengecam kelompok-kelompok radikal yang menyusup dan memanfaatkan Pilkada untuk tujuan instabilitas, serta media-media penyebar fitnah dan kebencian dalam Pilkada.

Hasil Kampanye SARA

Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono dinilai   menikmati hasil kampanye bermuatan SARA dalam Pilkasa DKI Jakarta, meski selama ini keduanya menyatakan menolak cara berkampanye itu. Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani mengatakan, anggapan Anies dan Agus menikmati hasil kampanye SARA tidak akan hilang, apabila keduanya tidak menunjukkan sikap untuk membuktikannya.

Kata Ismail, pernyataan tidak berkampanye menggunakan SARA saja tidak cukup menumbuhkan kepercayaan publik.

"Kalau dalam konteks DKI, saya mengatakan Pak Anies dan

Mas Agus tidak cukup hanya mengatakan "Kami tidak menggunakan isu SARA untuk berkampanye". Itu tidak cukup, karena faktanya para pendukungnya mengeksploitasi. Karena kalau tidak berbuat lebih, kita bisa sangka bahwa mereka juga menikmati sebenarnya kampanye yang entah digerakkan oleh siapa. Jadi jangan diam-diam menikmati. Saya mengatakan, mereka diam-diam menikmati," kata Ismail di Jakarta (28/10/16).


Ismail mengatakan, sikap Anies dan Agus akan sangat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang keseriusan keduanya menolak kampanye bermuatan SARA. Apalagi bila hanya sebatas pernyataan, menurutnya, Anies dan Agus tetap menikmati upaya kampanye kotor para pendukungnya yang mengusung isu sara untuk melawan kandidat calon gubernur lainnya.


Menurut Ismail, kedua calon gubernur DKI, harus memposisikan diri untuk merawat keberagaman warga Ibukota. Mereka bertanggung jawab menjaga para pemilih Jakarta tidak saling membenci pada kelompok dengan pilihan calon berbeda.


Sebelumnya, Anies dan Agus sama-sama menyatakan tidak akan menggunakan kampanye bernuansa SARA untuk menyerang calon pertahana dalam Pilkada DKI, Basuki Tjahaja Poernama. Mereka juga menyatakan sudah mengimbau para pendukungnya agar menghindari praktik kampanye hitam dalam pilkada itu. Saat berkampanye, Anies berkata akan mengunggulkan visi dan misinya, sedangkan Agus akan berolah strategi dengan menyesuaikan cara dengan situasi kampanye.


Mirip Pilkada 2012


Setara Insitute menilai suasana Pilkada DKI Jakarta 2017 mirip dengan Pilkada periode sebelumnya. Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani mengatakan, semua gejala yang mulai terasa saat ini, menunjukkan kemiripan, termasuk soal gaya kampanye pendukung calon gubernur. Apalagi, kata Ismail, kampanye bermuatan SARA tetap digunakan sebagai sarana menyerang kandidat lainnya.


"Memang gejalanya hampir sama, ingar-bingarnya hampir sama. Apalagi nanti tanggal 4 mereka akan mengadakan aksi besar-besaran, pra-kondisinya sudah terjadi di berbagai daerah. Ini memperjuangkan apa? Saya tidak percaya ini kelompok-kelompok sipil yang bekerja. Karena mengerahkan orang dalam jumlah ribuan itu bukan kemampuan LSM, bukan kemampuan ormas. Mereka tidak punya kemampuan itu," kata Ismail di Jakarta, Jumat (28/10/16).



Pilkada DKI Jakarta 2017 diikuti tiga pasangan calon, yakni Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang didukung PDIP, Golkar, Hanura, dan Nasdem, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang didukung Demokrat, PAN, PKB, dan PPP, serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang didukung Gerindra dan PKS.


Editor: Rony Sitanggang

  • pilkada jakarta 2017
  • Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani
  • Ketua Umum Gerakan Santri Nusantara
  • Muhammad Utomo

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!