OPINI

Papua & Politik Harga BBM

Ilustrasi BBM

Presiden Joko Widodo awal pekan ini mengunjungi Papua untuk kali keempat dalam dua tahun. Selain meresmikan pembangkit listrik di provinsi itu, Jokowi juga mencanangkan kebijakan BBM satu harga untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk Papua. Selama puluhan tahun, harga BBM di Papua sangat tidak masuk akal. Tidak pernah menikmati subsidi BBM, bahkan seliter premium bisa lebih mahal dari satu gram emas.


Untuk menurunkan harga BBM di Papua, Jokowi memerintahkan PT Pertamina membeli pesawat pengangkut BBM dan menambah Agen Penyalur Minyak dan Solar atau AMPS di tingkat kabupaten. Harga premium dan solar di tingkat AMPS di Papua dipatok sama dengan harga di Jawa. 

Kita apresiasi kebijakan pemerintah tersebut. Kita juga apresiasi langkah Pertamina memangkas jalur dan mata rantai distribusi BBM yang selama ini membuat harganya berlipat-lipat. Tetapi masalahnya, di Papua banyak mafia distribusi BBM yang sudah bermain puluhan tahun menangguk untung dari penjualan BBM dengan harga selangit. 

Kita ingat nama Labora Sitorus, anggota Polisi yang jadi tersangka penimbunan satu juta liter BBM. Selama bertahun-tahun Labora mengumpulkan triliunan rupiah dana dari praktik mafia BBM. Ia tidak bermain sendiri, tapi juga melibatkan banyak tokoh penting bahkan termasuk aparat aparat keamanan. Labora juga bukan satu-satunya mafia BBM di Papua. 

Selama para pemain penjual BBM ini tidak diberantas, harga jual BBM sampai ke tangan konsumen di pelosok Papua akan tetap tinggi. BBM dan listrik memang penting bagi rakyat Papua, tapi itu bukan satu-satunya dan bukan yang paling penting. Sama halnya masalah di Papua tidak akan selesai hanya dengan status otonomi khusus. Yang lebih utama adalah perlakuan yang adil dan manusiawi terhadap warga Papua sebagai warga sah pemilik negeri ini. Jika itu diabaikan, keinginan untuk merdeka atau referendum akan tetap muncul dan meninggi.  

  • bbm di papua
  • mafia bbm

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!