BERITA

Ketua KPK Sebut Pemilihan Rektor Terindikasi Suap

Ketua KPK Sebut Pemilihan Rektor Terindikasi Suap
Ketua KPK Agus Rahardjo sedang membaca buku



KBR, Yogyakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut ada indikasi suap dalam pemilihan rektor perguruan tinggi negeri di Indonesia.

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, dugaan suap muncul setelah pihaknya mencermati proses pemilihan rektor yang tidak transparan. Agus Rahardjo meminta Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir memperhatikan kecurigaan tersebut.


"Harus diperbaiki tata kelola perguruan tinggi, tata kelola keuangannya. Mohon maaf pak Nasir, kami sudah mendengar adanya pengangkatan rektor yang kurang transparan, " kata Agus sat menghadiri forum Anti Corruption Summit 2016 di UGM Yogyakarta, Selasa (25/10/2016).


Ketua KPK Agus Rahardjo dan Menristek Dikti Muhammad Nasir hadir dalam acara yang digelar KPK dan Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM.


Menurut Agus Rahardjo, Menristekdikti Muhammad Nasir telah mengajak bertemu untuk membicarakan indikasi-indikasi itu sekaligus berjanji memperbaiki sistem pengangkatan rektor agar transparan.


Agus menambahkan, selama ini KPK telah memperkarakan 534 orang yang diduga terlibat korupsi---termasuk 17 diantaranya merupakan Gubernur.


Rektor UGM Dwikorita Karnawati mengakui civitas akademika belum sepenuhnya memahami konsep pencegahan korupsi.


"Maafkan kenaifan kami yang menganggap tindakan korupsi hanya sebatas tindakan memperkaya diri sendiri dengan menyalahgunakan kepercayaan wewenang atau jabatan kita. Ternyata tanpa harus melalui proses memperkaya diri, kitapun dapat divonis melakukan tindakan korupsi apabila kita merugikan negara atau memperkaya pihak lain," katanya.


Editor: Agus Luqman 

  • KPK
  • Agus Rahardjo
  • UGM
  • Yogyakarta
  • korupsi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!