BERITA

2 Tahun Jokowi-JK, Indef: Peringkat Turun

""Jadi secara persistent memang turun. Pada tiga tahun terakhir pemerintah sebelum Jokowi itu sebetulnya peringkat kita meningkat terus""

2 Tahun  Jokowi-JK, Indef: Peringkat Turun
Jokowi saat membacakan sumpah presiden, Senin (20 Oktober 2014). (Foto: Antara)



KBR, Jakarta- Lembaga kajian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai pelaksanaan nawacita bidang ekonomi selama dua tahun Joko Widodo-Jusuf Kalla masih jauh dari harapan. Hal ini ditunjukkan dari aspek daya saing, kemandirian ekonomi dan pembangunan dari pinggir selama dua tahun terakhir, belum memperlihatkan prestasi yang menggembirakan.

Peneliti INDEF Eko Listiyanto mengatakan, daya saing dan produktifitas Indonesia mengalami penurunan selama kepemimpinan Jokowi-JK. Hal ini ditunjukkan dari peringkat yang makin terpuruk  dari 34 menjadi 41 dalam dua tahun terakhir menurut Global Competitiveness Index (Indeks Daya Saing Global).


"Jadi secara persistent memang turun. Pada tiga tahun terakhir pemerintah sebelum Jokowi itu sebetulnya peringkat kita meningkat terus, dari 50 kemudian ke-38, ditutup dengan 34. Tetapi kemudian, dua tahun terakhir, ternyata dari surveynya WEF melalui GCI menunjukkan bahwa ranking kita menurun," kata Eko di kantor INDEF, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (20/10/2016).


Eko Listiyanto menambahkan, penurunan peringkat daya saing ini disebabkan sejumlah faktor yakni kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan mengalami pemburukan, selain itu ada inefisiensi pasar, masalah ketersediaan teknologi dan juga minimnya inovasi.


"Dari insitusinya ternyata mengalami pemburukan, tahun lalu peringkat 55, sekarang jadi 56. Kesehatan dan pendidikan dasar, tahun lalu peringkatnya 80 langsung lompat ke 100, luar biasa 20 peringkat kita naik, tapi memburuk," lanjutnya


Eko menyebut India lebih baik dibanding Indonesia, kendati kedua negara memiliki sejumlah kesamaan. Kata dia, India di bawah kepemimpinan Narendra Modi lebih sukses melakukan perbaikan di banyak sektor.


"Kebetulan pemimpinnya hampir bebarengan, Narendra Modi itu dipilih kalau nggak salah 26 Mei, jadi hampir berbarengan. Capaiannya sangat berbeda," ujar Eko.


Menurut Eko, persepsi investor terhadap Indonesia juga belum membaik. Kata dia, para investor masih memandang Indonesia memiliki masalah di tiga hal, yakni korupsi, birokrasi yang tidak efisien dan kurangnya infrastruktur.


"Jadi tiga hal itu selalu menjadi kata kunci. Itu-itu aja dari dulu persoalan di Indonesia sebetulnya, kalau menurut persepsi dari para pebisnis," tuturnya.


Penerapan 13 paket kebijakan ekonomi juga masih gagal mendongkrak kinerja perekonomian. Eko merujuk pada ranking kemudahan berusaha (ease of doing business) versi Bank Dunia yang menunjukkan Indonesia masih berada di peringkat 109.


"Padahal paket kebijakan ekonomi itu hampir 80 persen bercerita tentang bagaimana mendongkrak investasi, bagaimana meningkatkan kegiatan ekonomi," kata Eko.


Editor: Rony Sitanggang

  • 2 tahun jokowi-jk
  • Peneliti INDEF Eko Listiyanto

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!