SAGA

The Power of 20 Ribu

"Setelah menabung uang rokok Rp 20 ribu per hari selama 1,5 tahun, Ruslim berhasil membeli motor. "

Motor hasil menabung uang rokok Rp 20 ribu per hari (Foto: Dian Kurniati)
Motor hasil menabung uang rokok Rp 20 ribu per hari (Foto: Dian Kurniati)

Ruslim adalah seorang laki-laki berusia 39 tahun yang mulai merokok sejak kelas 6 SD. 

Setiap hari menghabiskan 2 bungkus rokok. 

Kini Ruslim sudah bebas dari rokok selama tiga tahun. 

Kayla, anaknya, adalah pendorong terbesarnya. 

"Setiap kali saya merokok kan tidak memegang anak. Masak iya sih, saya kalahin pegang rokok daripada anak saya. 

Lebih banyak saya pegang rokok, daripada pegang anak saya.”

Kayla juga rajin mengingatkan sang ayah. 

"Rokok harganya murah, tapi obatnya mahal," kata Kayla mengikuti slogan iklan.

"Anak saya itu bilangnya masih agak belum lancar. Bapak, rokok murah, obatnya yang mahal,” kata Ruslim. “Itu anaknya sambil membentak bapaknya, bukan hanya bilangin. Itu membentak.”

Ditambah lagi, dampak kesehatan mulai muncul pada sang bocah. 

"Bapak bau rokok. Dadanya sesak kalau bau asap rokok,” keluh Kayla. 

Uang Rp 20 ribu yang semula untuk beli rokok, lantas ditabung. 

Ruslim memperlihatkan sebuah tabung bekas akuarium setinggi hampir satu meter. 

Ini adalah tabungan miliknya. Di situ ia menabung lembar demi lembar Rp 20 ribu - uang yang semula dipakai untuk beli rokok 2 bungkus per hari. 

"Saya di situ kok melihat, bahwa uang Rp20 ribu itu memiliki daya tarik tersediri, karena uangnya nggak begitu banyak, langka. Jadi saya punya motivasi, harga rokok kan sekitar Rp 20 ribu. Alangkah baiknya kalau saya menabung."

Setelah menabung selama 1,5 tahun, beberapa bulan lalu Ruslim membongkar tabungan. Hasilnya: Rp 11,6 juta. 

“Waktu itu punya niat, kalau misalnya bisa, saya mau beli motor buat istri, buat mengantar-antar anak sekolah, nantinya,” kata Ruslim sambil menunjuk ke arah motor miliknya. 

“Nah, akhirnya kebeli juga. Saya tambahi uang dari tabungan saya.”

Motor ini sekarang dipakai Dita, istrinya, untuk mengantar anak perempuan mereka bersekolah di sebuah TK di daerah Kalibata, Jakarta Selatan.

Semula Dita kerap meledek Ruslim ketika suaminya mulai menabung. 

"Waktu itu aku ketawain. Masak celengan segede itu, kapan penuhnya?” kata Dita sambil tertawa. “Paling juga nanti merokok lagi. Aku ledekin.”

“Ternyata dibuktikan, sampai aku kaget juga, shock juga, hasilnya banyak banget. Dia konsisten, setiap hari pasti, setiap ketemu uang Rp 20 ribu."

Kisah menabung Rp 20 ribu per hari ini diunggah Dita di halaman Facebook-nya. Sampai sekarang, kisah ini sudah dibagikan ribuan kali. 

"Alhamdulillah, banyak juga yang mencaci, banyak juga yang pengen mencoba.”

Candu rokok memang begitu menjerat. Kata Ruslim, saat terberat berpisah dengan rokok adalah saat minum kopi dan setelah makan. 

“Yang pasti, kalau pengalaman saya, sehabis makan kita main ponsel. Lama-lama kita akan lupa. Dan kalau ngopi, kita pegang saja ponsel."

Strategi menabung uang rokok untuk hal yang lebih produktif dipuji oleh perencana keuangan Mike Rini Sutikno. Kata Mike, rata-rata perokok menggunakan 5-10 persen pendapatannya untuk beli rokok - jumlah yang sebetulnya ideal untuk ditabung. 

"Kalau tadinya 100 persen, 10 persennya misal Rp 250 ribu untuk rokok, berarti kalau rokoknya ini diganti, kan otomatis dia punya tabungan.”

Pasangan suami istri juga harus kompak menentukan tujuan berhenti merokok, serta konsisten dan saling mengingatkan. 

Yang tak kalah penting adalah membuat harga rokok makin mahal.

“Ini anak-anak di bawah umur banyak yang merokok, contoh suami. Suami dulu segampang itu membeli rokok, dari umur 11 tahun. Karena harganya terjangkau.”

“Sebenarnya yang mengonsumsi rokok sangat parah justru kalangan bawah, dan itu sangat dipentingkan. Setuju di angka Rp100 ribu, Rp150 ribu, saya malah setuju."

Setelah sukses menabung uang rokok dan berhenti merokok, Ruslim punya niat baru: menabung Rp 20 ribu per hari untuk membeli hewan qurban.

“Kalau uangnya terkumpul, mudah-mudahan bisa beli sapi.” 

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • #RokokHarusMahal
  • dampak rokok
  • industri rokok

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!